Persatuan Pencak Silat Indonesia atau disingkat PPSI didirikan pada tanggal 17 Agustus 1957 di Bandung, Jawa Barat, dengan diketuai oleh Kolonel R.A. Kosasih, Panglima Tentara dan Teritorium III Siliwangi, dibantu dengan Kolonel Hidajat dan Kolonel Haroen.
Salah satu tokoh pendiri PPSI adalah Raden Ema Bratakoesoemah atau dikenal dengan sebutan Gan Ema, seorang pejuang pergerakan nasional di Jawa Barat. Selain dikenal sebagai sesepuh pencak di Jawa Barat, Gan Ema adalah tokoh heroik pada peristiwa Bandung lautan api pada saat NICA dan tentara sekutu menduduki Bandung. Gan Ema sejak berusia 9 tahun sudah belajar pencak dari ayahnya yang memiliki perguruan pencak di Ciamis. Pada tahun 1914 Gan Ema belajar pencak Cimande di Dayeuhkolot. Kemudian pada tahun 1918 sampai dengan 1921 di Batavia, Gan Ema belajar Ameng Pukulan dan Ameng Sabeni. Gan Ema juga ditempa dengan penguasaan aliran Cikalong, Sabandar, Suliwa, dan Ameng Timbangan dari para ahli pencak di Jawa Barat.
Salah satu tujuan pembentukan PPSI adalah menggalang kekuatan jajaran pencak silat untuk pagar betis dalam menghadapi pemberontakan DI/TII yang berkembang di wilayah Jawa Barat, Lampung, Jakarta, dan lainnya.
PPS Putra Betawi dibentuk pada tanggal 20 Januari 1972 sebagai suatu wadah yang mempersatukan berbagai perguruan dan aliran silat Betawi ke dalam suatu organisasi. Para guru besar yang mendukung terbentuknya wadah organisasi ini berasal dari lebih 20 perguruan silat betawi, antara lain yaitu Oetama bin Mahit Ateng Robain (perguruan silat Putra Utama), Sa'aman (perguruan silat Putra Jakarta), Endang Muhammad Sumarna (perguruan silat Sapu Jagat), Tjatja Muhammad Satiri (perguruan silat Syahbandar), Olive (perguruan silat Sutera Baja), Zakaria (perguruan silat Mustika Kwitang), perguruan silat Genta, perguruan silat Sikak Mas, dan perguruan-perguruan lainnya. Pada waktu itu H. Sa'ali, S.H. terpilih sebagai ketua umumnya.
Organisasi ini pernah vakum selama 10 tahun. Pada tanggal 24 Mei 1986 dilakukan konsolidasi guna kemantapan organisasi untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan-kegiatannya. Pada masa itu H. Daong Makmoer Zoelkarnaen terpilih sebagai pemimpin PPS Putra Betawi. Masuk pada tahun milenium, menurut data terdapat lebih dari 50 aliran atau perguruan silat Betawi yang belum seluruhnya bisa dijangkau dan memerlukan proses sosialisasi dan pendekatan yang berkelanjutan.
Pada awalnya, Keluarga Pencak Silat Nusantara atau disingkat KPS Nusantara didirikan sebagai kelompok studi informal pada tanggal 28 Juli 1968 di Jakarta oleh 3 orang intelektual muda yang aktif dalam bidang teknis IPSI, yaitu Mohamad Hadimoeljo, B.Sc., dr. Mohamad Djoko Waspodo, dan dr. Rachmadi Djoko Soewignjo. Mereka bertiga adalah murid dari dua orang pendekar besar Pencak Setia Hati, yaitu Marjoen Soedirohadiprodjo dan Rachmad Soeronagoro.
Ketiga intelektual muda tersebut merasa prihatin tentang kondisi perkembangan pencak silat yang pada waktu itu mengalami dampak akibat masuknya seni beladiri dari luar negeri yang berpengaruh terhadap minat pemuda dan pelajar. Perkembangan pencak silat juga terhambat oleh sifat eksklusif dari perguruan yang enggan membuka diri.
Sebagai upaya membantu IPSI melewati masa sulit tersebut dan menjaga agar pencak silat tidak semakin tenggelam, ketiga intelektual muda tersebut mengadakan penelitian, pengkajian, dan studi banding melalui sebuah kelompok studi yang didirikan dengan nama Study Group Pencak Silat Nusantara. Mereka melakukan riset kepada aliran-aliran pencak silat yang berbeda dan kemudian memakai hasil pengetahuannya untuk mentransformasikan pencak silat dari bentuk beladiri tradisional menjadi olahraga modern.
Untuk mewujudkan tujuan ini tidak mudah karena bertentangan dengan tradisi. Janji murid Setia Hati melarang untuk belajar di perguruan lain. Namun dengan perjuangan keras akhirnya mereka mampu meyakinkan gurunya, Rachmad Soeronagoro, untuk memperlihatkan 36 gerakan jurusnya, hanya tetap dijaga rahasia inti jurusnya. Direstui juga bagi mereka untuk belajar di perguruan lain demi kemajuan pencak silat. Sikap yang tidak konvensional dari para pendiri study group ini tidak merusak hubungan mereka dengan Setia Hati, sehingga sampai saat ini anggota KPS Nusantara dianggap sebagai saudara oleh anggota Setia Hati.