Berdasarkan hasil rakernas pertama pada tanggal 2 Juni 1991, agar lebih mencerminkan jati diri sebagai suatu perguruan pencak silat, maka nama Kateda Indonesia dirubah menjadi perguruan Pencak Silat Tenaga Dasar Indonesia atau PSTD Indonesia.
PSTD Indonesia mempelajari suatu ilmu dengan berintikan penggabungan antara pernafasan dan konsentrasi sehingga menghasilkan suatu bentuk kekuatan pada tubuh manusia. PSTD Indonesia memperkuat ilmu dan teknik beladirinya dengan tenaga dasar, yaitu tenaga alamiah dan utama yang terdapat dalam diri manusia yang menjadi dasar bagi pengembangan tenaga lainnya untuk membina kesegaran, kekuatan, ketangkasan, dan ketahanan fisik. Tenaga dasar juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia.
Yang utama dari ilmu beladiri ini adalah pertahanan. Tidak memupuk ambisi menyerang berarti memancarkan beladiri yang sebenarnya, yaitu membela diri untuk tetap mampu berdiri tegak tanpa merasa sakit ataupun luka yang dapat membahayakan tubuh. Tenaga dasar didedikasikan untuk menciptakan persaudaraan dan kedamaian, sesuai dengan moto PSTD Indonesia, yaitu kesehatan, beladiri, kedamaian.
Ir. Eddy Surohadi mewujudkan cita-citanya untuk menciptakan suatu metodologi keilmuan tenaga dalam yang praktis dan modern dengan menjauhi hal-hal yang berbau mistik dan syirik. Metodologi keilmuan ini kemudian diberinya nama Kalimasada.
Muridnya yang pertama belajar metodologi keilmuan ciptaanya ini adalah istrinya sendiri, dr. Ida Surohadi, Sp.KK, beserta adik kandungnya yang nomor enam. Selanjutnya dr. Ida Surohadi, Sp.KK diserahi tanggung jawab membina bidang kepelatihan sebagai Ketua Dewan Pelatih Pusat sampai sekarang.
Setelah bulan Oktober 1994, adiknya yang nomor tujuh, Drs. Joko H. Suroso, diserahi tanggungjawab untuk membantu membina bidang keilmuan. Adiknya yang nomor tujuh ini tekun mempelajari ilmu Tetada Kalimasada langsung dari kakak sulungnya. Selanjutnya semua adik-adiknya belajar metodologi keilmuan ini. Diantara adik-adiknya tersebut yang paling menguasai dan aktif mengembangkan metodologi keilmuan tenaga dalam ciptaan Ir. Eddy Surohadi ini adalah Drs. Ec. Joko Heruroso dan dr. Ida Surohadi, Sp.KK.
Pengenalan keilmuan Tetada Kalimasada kepada masyarakat umum dimulai pada acara ujian anggota perdana yang pertama yang dilaksanakan di Hotel Elmi Surabaya pada tanggal 24 November 1991. Tanggal inilah yang selalu diperingati setiap tahun sebagai tanggal berdirinya Tetada Kalimasada Indonesia.
Pada saat itu lembaga ini memfokuskan kegiatannya pada keilmuan beladiri tenaga dalam dengan nama Lembaga Pengembangan Ilmu Beladiri Tenaga Dalam Kalimasada. Tetapi pada 25 Oktober 1992 orientasi pelatihan lebih dititikberatkan pada terapi untuk kesehatan. Berkaitan dengan itu nama lembaga disesuaikan menjadi Lembaga Pengembangan Ilmu Terapi Tenaga Dalam Kalimasada. Selanjutnya pada ulang tahun ke-3 Kalimasada di Gedung Go Skate Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1994 diresmikan nama baru Kalimasada menjadi Lembaga Pengembangan Ilmu Terapi Tenaga Dalam Kalimasada atau disingkat LPI Tetada Kalimasada.
Pada suatu pertemuan, K.H. Ahmad Mustofa Bisri atau yang biasa dipanggil Gus Mus bercerita kepada Dr. K.H. Suharbillah tentang semakin surutnya dunia persilatan di halaman pesantren. Hal ini ditandai dengan hilangnya peran pesantren sebagai padepokan pencak silat. Sejak jaman walisongo, kyai-kyai pesantren adalah juga pendekar yang mengajarkan ilmu pencak silat di pesantrennya masing-masing. Namun seiring waktu, kenyataan tersebut mulai hilang. Terutama disebabkan semakin padatnya jadwal pendidikan pesantren karena orientasi penerapan standar pendidikan modern.