Mohon tunggu...
Rg Bagus Warsono
Rg Bagus Warsono Mohon Tunggu... Editor - Sastrawan

Rg.(Ronggo) Bagus Warsono lebih dikenal dengan Agus Warsono, SPd.MSi,dikenal sebagai sastrawan dan pelukis Indonesia. Lahir Tegal 29 Agustus 1965.Tinggal di Indramayu.Mengunjungi SDN Sindang II, SMP III Indramayu, SPGN Indramayu, (S1) STIA Jakarta , (S2) STIA Jakata. Tulisannya tersebar di berbagai media regional dan nasional. Redaktur Ayokesekolah.com.Pengalaman penulisan pernah menjadi wartawan Mingguan Pelajar, Gentra Pramuka, Rakyat Post, dan koresponden di beberapa media pendidikan nasional. Mendirikan Himpunan Masyarakat Gemar Membaca (HMGM) Indonesia. Tinggal di Indramayu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kepedulian terhadap CiptaanNya, Puisi-puisi Tadarus Puisi V 1442 H/ 2021

10 Mei 2021   02:28 Diperbarui: 10 Mei 2021   02:38 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tadarus Puisi kali ini lain dari yang lain dan lain pula dari Tadarus Puisi Lumbung Puisi sastrawan Indonesia sebelumnya. Dalam rekrutment puisi waktu yang pendek ini ternyata antusias penyair Indonesia di dalam Bulan Suci Ramadhan ini untuk mengikiuti antologi bersama Tadarus Puisi V sungguh luar biasa. Penyair-penyair yang peduli mengisi kegiatan puasa Ramadhan dengan berpuisi datang dari seluruh penjuru Tanah Air. Dari Aceh hingga Papua mengisi antologi ini. Kesamaan perasaan terhadap tema yang diusing " Kami yang L:upa" adalah daya tarik tersendiri bagi para penyair karena mementumnya yang hangat, yaitu banyaknya tragedi musibah di Tanah Air. Adalah kita (manusia) yang lupa akan kemurahanNya.

Aneka judul puisi-puisi Tadarus Puisi V ini memang beragam namun pada intinya adalah satu yaitu ungkapan penyair dalam merasakan dan kepedulian terhadap alam CiptaanNya. Beberapa puisi apik patut diketengahkan dalamrasa berbagi info yang dikemas dalam puisi. Agaknya pusi juga merupakan sumber informasi yang dibutuhkan dalam kemasan sastra Indonesia.

Baiklah kita buka Tadarus puisi ini, berbagai ungkapan hati penyair yang digoreskan dalam puisi akan berbagai peristiwa musibah negeri bahwa kita semua benar-benar lupa. Seperti diungkapkan Zaeni Boli dalam 'Puing Beling:
Puing dan Beling
Pohon jagung tumbuh diantara reruntuhan
Tuhan yang jenaka
Mengajak kita bercanda
Meski dalam duka Ia tumbuhkan harapan
Diantara puing dan beling
Diatas aspal yang retak
Bangkai mobil
Anak kecil bermain lumpur
Kenyataan yang sesak
Tak lagi tumpah menjadi air mata/...//
kesaksian Zaeni Boli yang direkam dalam pilihan kata yang menarik memberi isyarat tidak semua musibah adalah petaka bagi hambanya tetapi dapat dipetik hikmah. Bagaimana seorang anak kecil yang tak peduli dengan peristiwa alam yang mensensarakan itu justru ia didapati bermain dengan lumpur. Sebuah pukulan bagi kita kenapa kita kalah dengan seorang anak kecil yang begitu bersatu dengan alam ciptaanNya tanpa mengeluh.

Di lain penyair Ahmad Z. Ujung dalam puisinya ' Sinabung Berkabung mengakatan bahwa manusia harus dapat mengartikan peristiwa alam agar banyak berbenah. Berikut puisinya:
//.../Sekarang lelapmu terusik
Kau bangun
Dengan muntah serapah
Menghujam kejam
Hancur remuk
Awan bergulung hitam
Panas api membakar
Rampas cerita indahnya tanahku
Ini hanya teguran
Bukan hukuman
Agar kita lebih banyak berbenah//
DEmikian Ahmad Z Ujung memberi tahu pada kita semua bahwa kita telah ditegur atas kealfaannya.

Senada dengan Ahmad Z Ujung, Muhamad Salam dalam puisinya berjudul 'Jedah menegaskan bahwa kita memang tak tahu diri akan semua yang terjadi pada dunia ini. Berikut puisinya:
//.../Waktu mulai merangkak jauh
Rembulan tak lagi berseri
Akan jedah keperaduan
Tanpa kata dan sapa
Meninggalkan segalanya
Kami yang lupa
Semua tak tahu kapan dan dimana akan singgah Kemarahan pada kita
Semua karena kita
Lupa dan tak tahu diri
Jauh dan menjauh kan diriNya. //

Pada puisi 'Kami Yang Lupa diri karya penyair Sukabumi Ahmad Dumyati AN dalam kemasannya lebih menyadarkan pada kita semua. Dengan gaya bahasanya yang tegas menyadarkan pada kita (manusia) yang tak mau mengerti dan lupa diri. Berikut cuplikannya:
//.../Bumi yang tak jemu memberi
emas permata minyak tembaga hingga besi
sekaligus guncangan mengerikan
menghancurkan penduduk bumi
menimbun segala keserakahan.
Bala tentara-Mu sudah cukup memberi arti
hanya kami saja yang tak mau mengerti
karena kami yang lupa diri
dan gagal merayu-Mu dalam sunyi.//

Penegasan ungkapan banyak penyair diatas diungkapkan oleh Supianoor secara lugas tetapi dikemas dalam bahasa yang apik sehingga puisinya tampak enak dibaca . Berikut Puisinya :
Supianoor
Tuhan Menegur Kita
//Tuhan meenegur kita
Karena kita banyak yang lupa
Dengan mengirim berbagai bencana
Agar kita bisa berkaca
Tuhan menegur kita
Dengan berbagai angkara
Karena kita banyak yang alpa
mementingkan syahwat semata
Tuhan menegur kita
Dengan berbagai fenomena
Banyak yang membabi buta
Dengan alam semena-mena
Tuhan menegur kita
Dengan kejadian tak disangka-sangka
Semoga kita tak berburuk sangka
Agar tak jauh terlena//
(Rg Bagus Warsono, ulasan 1 Tadarus Puisi V Ramadhan 1442/2021)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun