Anis menegaskan, kerelaan masyarakat tersebut yang kemudian mendukung dirinya terjadi karena mereka merasa mendapat tambahan pengetahuan (knowledge).
Lantas, kenapa harus ada mahar politik? Anis menegaskan bahwa para politisi di Indonesia dihadapkan pada trap (perangkap) political marketing (pemasaran politik). Di mana ada serangkaian aktivitas terencana, strategis, dan praktis dalam menyebarkan makna politik kepada pemilih untuk menyukseskan kandidat atau partai politik dengan metode atau pendekatan marketing.
Penggunaan pendekatan marketing memberikan inspirasi tentang cara seorang kandidat membuat "produk" berupa isu dan program kerja berdasarkan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat.
Dalam situasi liberal democracy (demokrasi liberal) seperti yang terjadi di Indonesia, sebut Anis, political marketing bekerja dengan mekanisme pasar. Ada mekanisme take and give. Hal itu yang membuat parpol tidak memiliki dampak signifikan untuk mengubah kehidupan orang.
Masih kata Anis, politik mahar itu tidak bisa ditolak. Hal itu merupakan fakta yang tak bisa dielakkan. Politik mahar tidak terkait (related) dengan diperbolehkan atau tidak, tetapi dengan inti dari pertukarannya.
Mahar politik adalah keharusan jika dia bermakna untuk pencapaian tujuan. Dalam politik, sangat mustahil bisa memenangi pertarungan tanpa logistik.
***
Dalam kesimpulannya, Suli Da'im menekankan bahwa proses rekrutmen dan kaderisasi adalah keharusan mutlak yang harus dijalankan oleh partai politik.
Secara fundamental, partai politik memiliki empat fungsi utama, yaitu sebagai sarana komunikasi politik, rekrutmen, sosialisasi, dan pengatur konflik politik.
Rekrutmen dan kaderisasi politik merupakan bagian integral dari fungsi partai untuk memastikan keberlangsungan eksistensi partai dalam dunia politik.