Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lembaran Kenangan di Masjid Al Falah Surabaya

4 Januari 2025   22:03 Diperbarui: 4 Januari 2025   22:03 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Al Falah Surabaya tampak dari depan. foto: masjidalfalah.or.id

Saya memiliki kebiasaan 'menjelajah' masjid. Tidak tahu pasti kapan kebiasaan ini dimulai. Tapi yang jelas, saya sudah cukup sering melakukannya. Entah itu mengunjungi masjid bersejarah, masjid kampus, atau bahkan masjid-masjid kecil di kampung-kampung.

Bagi saya, ada kegembiraan tersendiri saat mengunjungi masjid. Rasanya seperti memuaskan dahaga spiritual, sekaligus menjadi tempat yang ideal untuk mengendapkan pikiran dan batin. Meski beberapa kali saya merasa tak enak hati, karena ketika salat di beberapa masjid, ketika pergi, langsung dibersihkan oleh marbot.

Jumat (3/1/2025), saya kembali melakukan perjalanan ke salah satu masjid yang menarik perhatian saya: Masjid Al Falah. Terletak di Jalan Raya Darmo, Surabaya. Masjid ini berada di kawasan yang cukup strategis, berdekatan dengan Kebun Binatang Surabaya (KBS) dan Museum Mpu Tantular yang kini berubah menjadi perpustakaan Bank Indonesia. 

Kawasan tersebut sudah lama menjadi pusat aktivitas masyarakat Surabaya, dan Masjid Al Falah turut menyumbangkan sejarah panjang keislaman di Surabaya.

Kendati Masjid Al Falah tidak tercatat sebagai bangunan cagar budaya, jejak sejarah dan peranannya dalam kegiatan keagamaan di Surabaya tak dapat dipandang sebelah mata. 

Masjid Al Falah diresmikan pada 27 September 1973.  Berdiri di atas lahan seluas 3.206 meter persegi, Masjid Al Falah memiliki ruang yang luas dan nyaman bagi jamaahnya.

Pada masa awal berdirinya, Prof. KH. M. Syafi'i Abdulkarim, seorang ulama terkemuka, dipercaya menjadi imam pertama masjid ini. Tanda dimulainya sejarah Masjid Al Falah adalah dengan dilaksanakannya salat tarawih pada malam pertama Ramadan, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan salat Jumat keesokan harinya. Ini menandai dimulainya kontribusi besar masjid dalam kegiatan keagamaan di Surabaya.

Keberadaan Masjid Al Falah tidak terlepas dari peran Yayasan Pendidikan Tinggi Dakwah Islam (YPTDI) Jawa Timur. Yayasan ini ikut membangun sarana ibadah yang juga mendukung kegiatan pendidikan agama di Surabaya.

Sebagai bagian dari sejarah panjang kehidupan keislaman di Surabaya, Masjid Al Falah bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol semangat dakwah dan kebersamaan umat. Masjid ini menjadi saksi berbagai peristiwa penting yang menggambarkan semangat umat Islam di Kota Pahlawan untuk membangun kehidupan yang harmonis dan penuh makna.

Selain menjadi tempat salat berjamaah, banyak aktivitas lain di Masjid Al Falah. Ada pengajian, kajian keislaman, pelatihan keterampilan, dan kegiatan sosial yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Masjid ini juga dikenal sebagai tempat bertemunya berbagai generasi, di mana para tokoh agama, pemuda, dan masyarakat umum saling berbagi ilmu dan pengalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun