Dia juga mengungkapkan bahwa Muhammadiyah memberikan kontribusi besar dalam hal perdamaian.
"Kami sebagai umat Katolik merasa dihargai. Ada ruang untuk berdialog, berbagi ide, dan bekerja sama untuk kebaikan bersama. Itu sangat penting bagi kami untuk menciptakan kedamaian antaragama di daerah ini."
Di sisi lain, Laksamana Kwan, seorang tokoh agama Budha di Kupang, turut memberikan apresiasinya terhadap Muhammadiyah.
"Kami di komunitas Buddha merasa sangat dihormati oleh Muhammadiyah. Mereka tidak hanya fokus pada pendidikan untuk umat Muslim, tetapi juga menyediakan peluang bagi semua orang tanpa memandang latar belakang agama. Program-program sosial mereka yang mendukung kesejahteraan bersama menunjukkan bahwa mereka mengutamakan kemanusiaan dan kebersamaan," katanya.
Menurut Laksamana, salah satu aspek yang menonjol dari Muhammadiyah adalah cara mereka menjalankan dakwah yang ramah dan tidak menggurui.
"Apa yang mereka ajarkan bukan hanya untuk umat Islam, tapi untuk semua umat beragama. Itu adalah nilai universal yang kita semua bisa ambil manfaatnya, terutama dalam mempererat hubungan antarumat beragama."
Pandangan dari para tokoh agama nonmuslim ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah di NTT berhasil membangun sebuah jembatan penghubung antarumat beragama melalui pendidikan, dakwah yang ramah, dan program-program sosial yang bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat.
Muhammadiyah telah membuktikan bahwa keberagaman tidak harus menjadi penghalang untuk menciptakan kedamaian, sebaliknya bisa menjadi kekuatan untuk memajukan bangsa.
Dengan prinsip inklusivitas yang dijunjung tinggi, Muhammadiyah mampu menjadi teladan dalam kehidupan bersama yang harmonis dan penuh toleransi.
Melalui Tanwir dan berbagai kegiatan yang berlangsung di UM Kupang, Muhammadiyah menegaskan kembali komitmennya untuk menjadi sumber terang dalam kehidupan bermasyarakat.