Lahan-lahan tersebut kemudian disulap menjadi lahan produktif dengan ditanami bawang merah. Hingga tahun 2022, Sumenep mampu  memproduksi bawah merah sebanyak 11,5 ton. Â
Di Sumenep,  para petani milenial difasilitasi dengan dibangunnya sentra pengolahan bawang merah. Namanya Permata Indah Rubaru (PIR). Luasnya satu hektar. Peralatannya cukup lengkap dan modern. Di antaranya, bangsal, instone driying, solar dome, dan greenhouse.
Ketika mengunjungi PIR, kami harus melawati jalan yang terjal dan berkelok. Cuacanya lumayan menyengat. Sepanjang perjalanan kami menyaksikan banyak lahan marjinal. Terlihat tandus dan kering. Terlihat beberapa pipa dipasang  untuk menyirami lahan tersebut.
Para petani milenial di Sumenep melakukan diversifikasi produk olahan. Yang paling moncer adalah produk bawang goreng kemasan. Selian itu ada pasta bawang merah, cemilan bawang merah, tepung bawang merah, dan abon cabe.
Ketika saya berkunjung ke sana, produk bawang goreng ini dipersipkan bakal dikirim ke Den Haag Belanda. Jumlahnya 1.680 pcs. Pengiriman ini setelah PIR meneken MoU dengan perusahaan importir Ben Helen International.
Keberadaan petani milenial dirasakan sangat urgen. Merekalah yang sepantasnya melanjutkan estafet kegiatan pertanian di daerah sekaligus meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian dengan menggunkan instrumen yang lebih modern.
Hanya saja, untuk mewujudkan tidaklah seperti membalik tempe goreng. Butuh kolaborasi positif antara masyarakat dan tentu saja keberpihakan pemerintah. (agus wahyudi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H