Petani Andalan yang menjadi pelopor inovasi di bidang  pertanian tentunya. Yang berkontribusi aktif  dalam memberikan informasi terkait pertanian baik berupa inovasi atau aktivitas yang berdampak positif terhadap pembangunan pertanian.
Kami menempuh perjalanan daerah yang tidak sesuai "rute normal". Karena verifikasi lapangan yang kami lakukan ini juga harus menyesuaikan dengan jadwal kepala daerah.
Seperti saat kami menyelesaikan verifikasi lapangan ke Kabupaten Ngawi, harusnya bisa berlanjut ke Kota Madiun. Namun karena kesepakatan jadwal dengan kepala daerah yang sudah siap, kami pun harus mengunjungi Kabupaten Sumenep, kemudian kembali ke Blitar. Baru setelahnya ke Kota Madiun.
Tapi overall kami bersyukur dan plong. Tugas di semua daerah daerah yang masuk penilaian bisa dilakukan mulus. Semuanya sangat antusias menyambut kedatangan kami. Bukan cuma para birokrat, tapi juga masyarakatnya.
***
Saya dan juga tim penilai memberi perhatian besar kepada keberadaan petani milenel. Mereka sejatinya digadang-gadang menghidukan kegiatan produkti di di bidang pertanian.
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi mengapa petani milenial sangat dibutuhkan. Pertama, kebutuhan akan regenerasi petani.
Problem ini dialami hampir semua petani di Indonesia. Rata-rata para petani sekarang usianya di atas 54 tahun. Bahkan tak sedikit yang bisa dianggap usia purna tugas alias berusia lanjut.
Mereka masih tetap bekerja karena anak-anaknya tidak mau melanjutkan kegiatannya di bidang pertanian. Emoh menjadi petani, begitu gampanganya.
Profesi petani, bagi mereka, dianggap kurang menjanjikan dari segi finansial. Mereka lebih memilih bekerja di bidang industri yang kemudian membuat mereka harus hijrah ke perkotaan.
Kedua, pemanfaatan teknologi pertanian. Mindset mayoritas petani kini masih menggunakan cara-cara konvensional.