Mas Mansur juga sempat bergabung dengan Indonesische Studie Club (ISC) yang dipimpin dr. Soetomo. ISC didirikan bertujuan untuk menggugah kaum terpelajar supaya mempunyai keinsyafan kewajiban terhadap masyarakat dan memperdalam penguatannya tentang politik.
***
Suatu ketika, lantaran kesibukan berorganisasi, Mas Mansur banyak kehilangan waktu untuk menulis. Waktu untuk berkontemplasinya banyak berkurang.
Seperti dikisahkan Darul Aqsha dalam bukunya, KH Mas Mansur (1896-1946) Perjuangan dan Pemikiran, tokoh yang dijuluki Sapu Kawat Jawa Timur itu, sempat meminta bantuan beberapa muridnya untuk menuliskan artikel-artikelnya.
Dia kemudian memberikan bahan-bahan tulisan kepada murid dan sahabatnya. Mereka yang pernah menuliskan gagasan dan pemikiran Mas Mansur antara lain, Anwar Rasyid, M. Arsyad Al-Donggalawi, Abdul Muin Ampanany, A. Karim DP, Hamka, Amjad, Farid Ma'ruf, dan Ibrahim Assanusi.
Mas Mansur juga menulis beberapa risalah. Di antaranya adalah Hadis Nabawiyah, Syarat Sahnya Nikah, dan Adabul Baks wal-Munazarah (Tata Cara Berdiskusi dan Rapat).
Beberapa murid Mas Mansur yang menghormati jasa-jasanya lantas menuliskan kembali ceramah-ceramah yang disampaikan dalam kursus anggota Muhammadiyah di Surabaya, pertengahan tahun 1930-an. Hasilnya kemudian diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Risalah Tauhid dan Syirik.
Selain itu, ada buku berjudul Rangkaian Mutu Manikam dari Kyai Hadji Mas Mansur. Buku ini merupakan kumpulan artikel Mas Mansur yang tersebar di berbagai media, sekira 1930-an. Yang menghimpun, Amir Hamzah Wirjosukarto.
Penghimpun yang sama kemudian melengkapi buku tersebut dengan sejumlah artikel Mas Mansur lainnya. Judulnya, KH Mas Mansur: Pemikiran Tentang Islam dan Muhammadiyah, terbit awal 1986.
Mas Mansur punya kesadaran penuh, betapa penting menuangkan gagasan dan pemikiran melalui tulisan. Tidak sekadar berkata-kata dan beretorika saja.