Jika sewa, maka mekanisme kerja sama tidak perlu lewat lelang.  Sementara jika menggunakan lelang, maka kerja sama bisa dilakukan melalui skema build operate transfer (BOT) atau build transfer operate (BTO).
"Kita lihat, kalau BOT atau BTO, maka kita lelang. Kalau sewa kan tidak. Tapi ada beberapa kemarin yang menyampaikan ya sudah kita lihat, kalau dia (investor) mengajukan secara sewa silakan," kata Eri Cahyadi.
Namun demikian, Eri berpesan kepada calon investor agar konsep penataan wisata eks THR-TRS ke depan banyak menyediakan ruang terbuka untuk keluarga. Termasuk pula tidak meninggalkan keberadaan panggung kesenian tradisional seperti ludruk dan ketoprak yang sebelumnya pernah ada.
Apabila kerja sama dengan investor nanti sudah berjalan, secara otomatis kompleks eks THR dan TRS selanjutnya menjadi tanggung jawab pihak ketiga. Termasuk pula mengenai keamanan terhadap setiap wahana wisata yang nantinya ada di sana.
Secara otomatis pihak ketiga juga punya kewajiban untuk melakukan audit, punya kewajiban untuk mengecek wahana-wahana permainannya untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.
Saya sempat bertemu Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A. Hermas Thony. Saya lontarkan pertanyaan soal rencana dihidupkan lagi THR-TRS. Kata dia, perlu ada integrasi antara Hi-Tech Mall, THR dan TRS menjadi satu kesatuan hiburan yang tak lepas dari local wisdom.
Thony menyebut lokasi THR-TRS berhadapan dengan Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa di Jalan Kusuma Bangsa. THR juga tak jauh dari rumah wafat WR Soepratman.
"Karenanya, konsep berbeda dan local wisdom itu idealnya mengandung nilai sejarah kota. Tidak hanya yang bersifat seni dan budaya saja," jelas Thony.
Menurut politisi Partai Gerindra itu, kalau bicara tentang wahana hiburan di Surabaya, sekarang sudah banyak tempat yang bagus, menarik, dan nyaman.
"Jangan head to head dengan tempat hiburan yang sudah ada. Perlu diciptakan tempat hiburan yang edukatif sesuai dengan ruh kota. Karenanya perlu dipikirkan konsep THR yang baru ini," tegas Thony.