Sudah lama THR mati suri. Aktivitas di gedung kesenian ludruk, ketoprak, dan wayang orang tidak menentu. Kadang ada, tapi seringnya tidak ada.
Suatu ketika, saya pernah melakukan liputan di THR. Tempat itu ternyata sudah sepi. Aktivitas kesenian tradisional diganti dengan hiburan yang memanjakan syahwat.Â
Gedung yang biasa dipakai pertunjukan ketoprak berganti dengan gerai musik dangdut yang menyediakan minum-minuman keras. Tiap malam banyak orang mabuk di sana.
Banyak kalangan menyebut redupnya THR juga tak lepas dari keberadaan Hi-Tech Mall Surabaya. Yang berdiri di depan alias menutupi THR.
Sehingga publik tidak banyak yang tahu keberadaan THR. Â Hi-Tech Mall adalah pusat perbelanjaan yang menawarkan beragam perangkat teknologi informasi. Pengelolanya PT Sasana Boga yang kontraknya sudah habis tahun 2019 lalu.
***
Nah, bagaiman konsep THR-TRS yang baru? Kabarnya gak jauh berbeda dengan THR-TRS sebelumnya. Hanya  akan ada penambahan plaza terbuka. Tujuannya untuk mewadahi seniman agar bisa tampil menghibur pengunjung.
Berita yang dirilis Pemerintah Kota Surabaya, pembangunan THR ditarget selesai pada tahun ini pula. Jika kelar, harga tiket masuknya sudah ditentukan, yakni Rp 25 ribu. Biaya itu belum termasuk tiket beberapa permainan yang ada di dalamnya.
Lalu siapa yang membangun? Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengungkapkan kalau biaya pembangunan THR-TRS nantinya dilakukan melalui kerja sama investor alias pihak ketiga.
Lalu, siapa investornya? Eri Cahyadi tidak menyebutkan. Berikut dua pihak ketiga yang lama, yakni PT Sasana Taruna Aneka Ria (STAR) dan PT Sasana Boga.
Wali kota penerus Bu Risma (Tri Rismaharini) itu, hanya bilang kalau saat ini Pemerintah Kota Surabaya tengah membahas skema kerja sama yang tepat, apakah melalui lelang atau sewa.