Siapakah yang paling bernyali? Benarkah bakal terjadi perubahan besar-besaran di tubuh PSSI? Apakah mafia sepak bola di Indonesia bisa diberangus?
Demikian banyak kalangan merespons keputusan PSSI yang bakal menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) pada 16 Februari nanti.Â
Terlebih ada dua nama meramaikan Bursa Ketum PSSI yang sudah mendaftarkan diri menjadi calon Ketua Umum PSSI periode 2023-2027. Yakni, Menteri BUMN Erick Thohir dan Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti.
Yang paling viral tentu Erick Thohir. Dia dikabarkan sudah mengantongi dukungan 60 voters. Jika itu benar, sudah cukup untuk Erick menang KLB PSSI karena total ada 87 voters yang mempunyai hak suara.
Apalagi saat memberikan penyataan pers, sederet selebritis yang punya klub bola ikut mendukung dia. Ada Raffi Achmad (Rans Nusantara FC), Atta Halilintar (Bekasi FC) dan Baim Wong. Satu lagi, Kaesang Pangerep, putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan pemilik Persis Solo.
Saya mencatat ada tiga poin dari pernyataan Erick Thohir di hadapan puluhan wartawan. PSSI sekarang butuh pemimpin bernyali, sepak bola yang bersih, dan sepak bola yang berprestasi.
Tiga hal yang memang paling sejatinya dinantikan oleh publik pecinta bola sejak di Tanah Air. Tiga persoalan yang ideal yang sampai kini belum terselesaikan.
Ketiga hal itu juga acap kali dilontarkan para petinggi dan pemangku kekuasaan sepak bola sebelumnya, namun faktanya tak terbukti. Seperti pengulangan yang rutin dijawab setiap kali ditanya bagaiaman membenahi sepak bola di Indonesia.
Sepak bola kita memang masih sangat tidak memuaskan. Kompetisi yang tidak jelas, isu tak sedap soal mafia wasit, dan yang terakhir sangat disesalkan adalah terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruan, Malang yang menewaskan 135 orang.
Ibaratnya sekarang, kegeraman dan kegemasan publik terhadap situasi dan kondisi sepak bola sudah di ubun-ubun. Sudah nek bin mblenek, bahasa yang lazim dipakai Arek Suroboyo untuk menyebut situasi yang memuakkan.