Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Revolusi Sepak Bola Butuh Pemimpin Superman

17 Januari 2023   14:38 Diperbarui: 18 Januari 2023   03:45 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fachruddin Aryanto (kanan) bereaksi usai gagal membobol gawang Timnas Vietnam di Piala AFF 2022. (Foto: ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA FOTO via kompas.com)

Siapakah yang paling bernyali? Benarkah bakal terjadi perubahan besar-besaran di tubuh PSSI? Apakah mafia sepak bola di Indonesia bisa diberangus?

Demikian banyak kalangan merespons keputusan PSSI yang bakal menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) pada 16 Februari nanti. 

Terlebih ada dua nama meramaikan Bursa Ketum PSSI yang sudah mendaftarkan diri menjadi calon Ketua Umum PSSI periode 2023-2027. Yakni, Menteri BUMN Erick Thohir dan Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti.

Yang paling viral tentu Erick Thohir. Dia dikabarkan sudah mengantongi dukungan 60 voters. Jika itu benar, sudah cukup untuk Erick menang KLB PSSI karena total ada 87 voters yang mempunyai hak suara.

Apalagi saat memberikan penyataan pers, sederet selebritis yang punya klub bola ikut mendukung dia. Ada Raffi Achmad (Rans Nusantara FC), Atta Halilintar (Bekasi FC) dan Baim Wong. Satu lagi, Kaesang Pangerep, putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan pemilik Persis Solo.

Saya mencatat ada tiga poin dari pernyataan Erick Thohir di hadapan puluhan wartawan. PSSI sekarang butuh pemimpin bernyali, sepak bola yang bersih, dan sepak bola yang berprestasi.

Tiga hal yang memang paling sejatinya dinantikan oleh publik pecinta bola sejak di Tanah Air. Tiga persoalan yang ideal yang sampai kini belum terselesaikan.

Ketiga hal itu juga acap kali dilontarkan para petinggi dan pemangku kekuasaan sepak bola sebelumnya, namun faktanya tak terbukti. Seperti pengulangan yang rutin dijawab setiap kali ditanya bagaiaman membenahi sepak bola di Indonesia.

Sepak bola kita memang masih sangat tidak memuaskan. Kompetisi yang tidak jelas, isu tak sedap soal mafia wasit, dan yang terakhir sangat disesalkan adalah terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruan, Malang yang menewaskan 135 orang.

Ibaratnya sekarang, kegeraman dan kegemasan publik terhadap situasi dan kondisi sepak bola sudah di ubun-ubun. Sudah nek bin mblenek, bahasa yang lazim dipakai Arek Suroboyo untuk menyebut situasi yang memuakkan.

Bahkan, kalangan akademisi pun tak kalah gerahnya. Sabtu (14/1/2023) lalu, para akademisi dari berbagai kota mendeklarasikan berdirinya Forum Akademisi Penggemar Sepak Bola Indonesia (FAPSI) di Jakarta,

Didirikannya FAPSI berangkat dari kegelisahan para akademisi melihat kondisi sepak bola Indonesia yang sangat memprihatinkan. Mereka menilai, desakan publik yang ingin perubahan besar dalam sepak bola Indonesia sangat banyak, tapi berdampak signifikan karena suara mereka tidak pernah didengar.

Kawan baik saya, Prof Ma'mun Murod (Rektor Universitas Muhammadiyah), ikut mendukung lahirnya FAPSI. Dia bilang para akademisi harus membantu meyampaikan kegelisahan dan aspirasi masyarakat Indonesia terkait perbaikan sepak bola nasional.

Ma'mun juga setuju wacana revolusi sepak bola Indonesia. Itu sangat tepat dan menjadi keharusan di tengah kondisi sepak bola Indonesia yang minim prestasi.

Erick Thohir usai mendaftar sebagai Calon Ketua Umum PSSI untuk periode 2023-2027. (Bola.net/Muhammad Iqbal Ichsan) 
Erick Thohir usai mendaftar sebagai Calon Ketua Umum PSSI untuk periode 2023-2027. (Bola.net/Muhammad Iqbal Ichsan) 

 ***

Saya ingin menceritakan pengalaman Hizbul Wathan Football Club (HWFC). Klub milik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim. Tahun 2021, klub ini melakoni kompetisi di Liga 2.

Awalnya, HWFC mengira akan menjalani kompetisi penuh. Ada pertandingan home and away. Karena dengan begitu, Muhammadiyah bisa menggerakkan umatnya di seluruh Indonesia, sekaligus melakukan syiar melalui sepak bola.

Tapi faktanya, PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi, menggunakan sistem home tournament. 

Ada 24 klub peserta Liga 2 dibagi menjadi empat grup. HWFC berada di grub C bersama Persis Solo, PSCS Cilacap, Persijap Jepara, PSIM Yogyakarta, dan Putra Safin Grup.

Dalam sistem home tournament ini, babak penyisihan terdiri dari dua putaran dengan double round robin. Di mana masing-masing tim akan bermain sepuluh kali. Juara grup dan runner up pada empat grup itu otomatis lolos ke babak delapan besar.

Lalu, ranking paling terakhir atau ranking enam di setiap grup degradasi. Kemudian untuk babak perempat final, semifinal, dan final yang pelaksanaannya ditentukan kemudian.

Kompetisi menggunakan sistem home tournament jumlah pertandingannya sangat sedikit. Untuk kompetisi normal, harusnya jika ada 24 tim peserta sedikitnya melakoni 30 partandingan. 

Namun, karena dibagi menjadi 4 grup, masing-masing tim hanya menjalani 10 pertandingan untuk babak penyisihan.

Padahal, sesuai standar FIFA, pertandingan kompetisi reguler dilakukan secara home dan away. Dilangsungkan sepanjang musim dengan jumlah kriteria pertandingan tertentu. Untuk tingkat kompetisi profesional, standarnya 40 pertandingan selama satu musim. Kurun waktunya 8-10 bulan.

Di tengah kompetisi Liga 2, HWFC menemukan kejadian yang melanggar. Gara-garanya, I Gede Sukadana. Dia waktu itu pemain PSMS Medan, kemudian pindah ke PSG Pati pada paro musim.

Pada 3 November 2021, PSG Pati bertemu Persis Solo. I Gede Sukadana dimainkan. Belakangan diketahui, kalau dia masih menjalani masa hukuman 1 kali pertandingan ketika memperkuat PSMS Medan. 

HWFC lalu melayangkan kali surat protes kepada Komisi Disiplin PSSI. Menyebutkan adanya pemain ilegal, I Gede Sukadana. Surat tersebut dikirimkan pada 5 November 2021.

Dan, Komisi Displin menjawab dengan keputusan menerima protes HWFC. Hasilnya, PSG Pati pun dikurangi 3 poin dan dinyatakan kalah 0-3 dari Persis Solo. 

Bukan hanya itu saja. HWFC juga menemukan fakta pelanggaran dari hasil pertandingan Persijap Jepara melawan HWFC di Stadion Manahan, Solo, 27 September 2021. 

Dalam pertandingan itu, HWFC dan Persijap bermain seri, 1-1. Gol Persijap dicetak Crah Eka Angger Iswanto (menit 14) dan gol HWFC dicetak Bayu Arfian (menit 66).   

Yang menjadi masalah, dalam Match Summary Liga 2021 NP 3, Tanggal & kick off 27/09/2021 15.15 WIB, Durasi 90 (3) (5), tertulis nama Crah Eka Angger Iswanto menggunakan nomor punggung 99. Namun saat bertanding melawan HWFC yang bersangkutan memakai nomor punggung 3.

Indikasi pelanggaran jelas: memakai pemain tidak sah. Tidak sesuai dalam Daftar Susunan Pemain (DSP). Celakanya lagi, saat mencetak gol, Angger memakai nomor punggung 3. Bukan 99 seperti yang tertulis di DSP.

Fakta ini jelas menunjukkan ada pelanggaran yang dilakukan oleh Persijap. Karena terbukti memainkan pemain ilegal. Acuannnya, Kode Disiplin PSSI. Di mana sesuai penjelasan Bab II tentang Pelanggaran terhadap laws of the game, pasal 56 mengatur penggunaan pemain tidak sah.

Ada dua pelanggaran seperti dijelaskan pasal 56 ayat 1 (ii) dan (vii), pertama, pemain dari suatu kesebelasan yang bermain dalam suatu pertandingan namun tidak tercantum namanya dalam daftar susunan pemain. Kedua, pemain yang terdaftar dan bermain di kompetisi dengan menggunakan identitas/dokumen pendaftaran palsu.

Komisi Disiplin akhirnya menghukum Persijap. Crah Angger diputuskan melakukan kesalahan pada nama dan nomor. Tapi bukan hukumannya bukan pemotongan poin, melainkan denda sebesar Rp 10 juta. 

La Nyalla Mattalitti memberikan keterangan pers saat mendaftar sebagai calon Ketua PSSI. foto; Bagaskara Lazuardi 
La Nyalla Mattalitti memberikan keterangan pers saat mendaftar sebagai calon Ketua PSSI. foto; Bagaskara Lazuardi 

***

Saya jadi teringat pernyataan Dahlan Iskan. Tahun 2012, saat menjabat Menteri BUMN, dia pernah digadang-gadang menjadi ketua umum PSSI. Dahlan tak bisa mengamini. Karena untuk memegang jabatan itu harus ada izin dari presiden.

Yang menggelitik, Dahlan bilang, bila memimpin PSSI dia ingin semua pengurus di bawahnya berumur di bawah 45 tahun. Pembatasan umur itu ditujukan agar pihak yang berkonflik keluar dari PSSI, sehingga konflik di tubuh PSSI tidak berlarut-larut.

"Supaya generasi yang konflik ini tidak terlibat lagi. Tidak akan berlarut-larut terus. Ini kan sudah terlalu mendarah daging dan jangan dianggap enteng, loh," begitu kata Dahlan.

Ketika itu, Dahlan menilai generasi baru di PSSI di sepakbola yang di bawah 45 tahun banyak yang bagus-bagus untuk jadi pengurus. Namun ia enggan menyebut nama.

Erick Thohir, La Nyalla Mattaliti atau sejumlah nama yang telah mendaftar sebagai calon ketua umum PSSI punya beban berat membawa kapal besar bernama PSSI. Karena urusan sepak bola sangat besar pengaruhnya terhadap publik.

Namun setidaknya ada tugas-tugas mendesak yang perlu diselesaikan segera. Pertama, terkait tragedi Kanjuruhan. Pengusutan dan penyelesaian kasus ini berkesan jalan di tempat. Sementara publik menantikan dengan sangat akan penegakan keadilan seadil-adilnya dalam kasus ini.

Kedua, memastikan bergulirnya kompetisi yang sehat dan terukur. Jangan ada lagi ketidakpastian kompetisi atau penghentian kompetisi di tengah jalan. Hal itu sangat merugikan, khususnya bagi para pemilik klub sepak bola. 

Ketiga, PSSI harus memberdayakan asprov sebagai kepanjangan tangan untuk menggerakkan kompetisi kelompok umur di daerahnya. Sebab, merosotnya prestasi timnas saat ini tak lepas dari buruknya pembinaan pemain muda dan juga pengelolaan timnas.

Untuk mengukuhkan ketika tugas tersebut, rasanya PSSI butuh pemimpin yang superman. Kenapa? Karena masalah yang melilit urusan sepak bola kita sudah sangat akut. Ibarat kanker sudah stadium 4.

Dari pemimpin superman itu akan terbentuk superteam. Merekalah yang diharapkan akan mampu membawa revolusi sepak bola di Tanah Air. Sehingga mampu memulihkan kepercayaan publik terhadap kepemimpinan PSSI mendatang. 

Masalahnya, apakah para calon ketua umum yang sudah mendaftar menjadi calon ketua umum PSSI itu bisa menjadi superman? Kita lihat saja nanti. (agus wahyudi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun