Kalau Kya-Kya Kembang Jepun, timpal dia, mau jual suasana, tidak ada yang unik. Maunya mungkin suasana di Kya-Kya dibikin santai. Model kursi seperti tong itu baik, tapi tidak nyaman untuk makan, seperti makan soto.
"Tidak ada meja yang dibikin makan biar leko (enak sekali)," ujar Freddy. Â
Dia juga menilai kuliner China peranakan tidak terwakili di Kya-Kya Kembang Jepun. Kuliner yang kontekstual dengan jati diri kawasan, menurut dia, sampai sekarang tidak terlihat
"Kalau Kuliner Arab konteksnya dengan kawasan Ampel. Orang ke Ampel pasti berburu kuliner khas di sana," katanya.
Tahun 2023, bkal menjadi tantangan berat bagi pengelola Kya-Kya Kembang Jepun. Bukan hanya terkait redesain dan konsep Kya-Kya, tapi juga ancaman resesi ekonomi. Dua masalah ini harus bisa diantisipasi.Jika tidak, bukan tak mungkin Kya-Kya Kembang Jepun akan tinggal kenangan untuk  kedua kalinya. (agus wahyudi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H