Wabah covid-19 kini mulai berangsur pulih. Kondisi ini berdampak signifikan terhadap keberadaan pelaku usaha kecil mikro menengah (UMKM).
Setidaknya sekarang tidak ada lagi pembatasan fisik (social distancing). Event-event seperti pameran dan bazar yang melibatkan pelaku usaha makin menjamur.
UMKM juga makin bergairah memanfaatkan ruang-ruang terbuka untuk mempromosikan produk-produknya. Usaha yang sempat layu, lamat tapi pasti, kembali mekar.
Para pelaku UMKM yang dulu sempat "menggeser" usaha dengan ikut-ikutan menjual produk kuliner saat pandemi, kini juga kembali ke pembuatan produk aslinya.Â
Krisis yang berlangsung dua tahun belakangan (pandemi covid-19) tersebut, benar-benar memberi pelajaran dan pengalaman berharga buat UMKM.
Ada dua hal yang pantas dicatat dari keadaan masa itu. Pertama, gejolak pandemi juga mengharuskan pelaku UMKM adaptif dengan keadaan. Mereka tidak bisa hanya menyalahkan keadaan. Menyalahkan lingkungan maupun pemangku kekuasaan.
Karena menyalahkan keadaan tak mengubah apa pun. Sama sekali tak  berdampak pada kelangsungan usahanya. Bahkan malah membuat usahanya terpuruk.
Yang dibutuhkan adalah bekerja lebih cerdas, lebih produktif, dan lebih efektif. Juga mampu mengantisipasinya pekerjaan yang datang mendadak. Berikut kemungkinan untuk melakukan penyesuaian produksi.
Kedua, pandemi telah melahirkan fleksibilitas bagi para pelaku UMKM. Di mana mereka harus berpikir keras untuk bertahan dan mencari peluang di masa sulit.
Fenomena umum kala itu adalah banyak pelaku UMKM yang tidak membuat produk aslinya. Sebelumnya, mereka membuat tas, rajutan, daur ulang, fashion, dan lain sebagainya.Â