Didi Kempot (kini sudah almarhum) namanya tiba-tiba menjulang. Gara-garanya senandung laranya yang hits. Dia mampu melahirkan karya-karya yang menyentuh. Hingga publik pun menjuluki dirinya sebagai The Godfather of Broken Hearts.
Meski puncak popularitasnya diraih pada usia 53 tahun, namun tembang-tembang yang dibawakan Didi Kempot bisa menembus relung hati anak-anak muda.
Lewat karya-karyanya, Didi Kempot juga bisa menyosokkan diri sebagai pria humble, tabah, dan mellow. Bisa dibilang a simple kind of man, lelaki yang sederhana.
Sebagai teman, saya meyakini pengalaman pahit hidupnya sebagai pengamen membuat dirinya bisa menciptakan karya-karya yang disukai banyak kalangan.
***
Saya juga terbiasa memanfaatkan kegelisahan untuk melahirkan karya. Akan tetapi, saya juga selalu berkobar-kobar untuk menulis ketika hati sedang berbunga-bunga.
Bagi saya, gelisah dan gembira seperti dua sisi mata uang. Berbeda namun tetap berada pada koin yang sama. Alamiah saja. Seperti keputusan kita untuk mencintai mencintai dan melepaskan.
Gelisah dan gembira itu bisa diciptakan. Bergantung dari kemauan dan kesungguhan kita mengolah rasa. Ketika memikirkan hal-hal yang tak pasti, Anda pun akan larut dalam kegelisahan mendalam. Kecemasan yang tak berujung.
Dan yang perlu diingat, kegelisahan tak selama memacu seseorang bisa melahirkan karya. Malah sebaliknya, bisa mengendurkan semangat, memupuskan tekad, dan membunuh harapan. Â Â Â
Pun ketika Anda menyandarkan beban dan meyakini semua masalah akan raib, tentu Anda bisa berpikir lepas. Merasakan jika masalah itu pasti lenyap dan ada jalan keluarnya. Meletakkan persoalan sesuai ukuran, bobot, dan kadarnya.