Surabaya juga menjadi kota metropolitan yang tumbuh dengan segala keunikannya. Denyut kehidupan yang dinamis. Dan di tangan Bu Risma, Surabaya meraih sedikitnya 160 penghargaan dari level nasional, Asia, maupun dunia. Salah satunya, Surabaya dinobatkan sebagai kota berwawasan lingkungan terbaik se-Asia Pasifik.
Penghargaan tersebut diberikan karena Surabaya berpartisipasi aktif mengembangkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan. Â Surabaya layak disandingkan dengan kota-kota tenar, yakni Seoul (Korsel), Yokohama (Jepang), Penang (Malaysia), dan Mumbai (India).
***
Kini, di tengah penantian publik terkait kiprah wali kota baru, muncul "gugatan". Soal peringatan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) yang diperingati setiap 31 Mei.
Momentum sejarah tersebut dianggap masih menyimpan tanda tanya besar. Sejumlah bukti pun dibeber. Salah satunya yang dirilis Begandring Soerabaia, komunitas pegiat sejarah.
 Nanang Purwono, pimpinan Begandring Soerabaia, menyatakan peringatan HJKS 31 Mei masih perlu dipertanyakan. Kata dia, penetapan tanggal tersebut mengacu  pada Surat Keputusan Walikotamadya Nomor 64/WK/75 tanggal 18 Maret 1975 tentang Hari Jadi Kota Surabaya yang jatuh pada 31 Mei 1293.
"Sejak penetapan itulah pada 31 Mei 1975 itu, Pemerintah Kota Surabaya memperingati hari jadinya untuk kali pertama," katanya.
Menurut Nanang, Sebelum 1975, Pemerintah Kota Surabaya pernah memperingati hari jadinya pada 1 April yang bermula dari tahun 1906 atau 1 April 1906.
Namun pada 1973, peringatan Hari Jadi Kota Surabaya pada 1 April dihentikan. Gara-garanya dianggap berbau bau kolonial. Sementara nama "Surabaya" sendiri sudah pernah tersebut jauh sebelum tahun itu, seperti tersebut dalam Prasasti Trowulan 1358.
Penetapan 1 April 1906 adalah bentuk desentralisasi dari pemerintah pusat Batavia. Momen itu tidak hanya menjadi hari desentralisasi Kota Surabaya, melainkan kota-kota lain, seperti Kota Blitar dan Kota Pekalongan. Sementara Kota Malang dan Kota Sukabumi pada 1 April 1914.