Ini karena saya menjadi pengurus di Lembaga Informasi dan Komunikasi (LIK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim. Istilahnya sering silaturahmi harakiyah, nyambung program.
Yang menjadi concern kita adalah bagaimana mempermudah orang membayar zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Salah satunya membuat layanan digital.
Menyediakan pembayaran zakat, infaq maupun sedekah menjadi lebih efisien dan efektif, di antaranya petugas Lazismu tidak lagi harus mendatangi muzakki secara langsung.
Pemanfaatan digital ini sangat besar pengaruhnya. Lazismu membuat aplikasi berbasis laman. Kemudian mengembangkan dengan menambah fitur pembayaran melalui dompet digital (e-wallet) maupun mobile banking menggunakan QR Code.
Aplikasi ini sangat memudahkan muzakki (orang yang wajib zakat). Di mana, mereka bisa melakukan registrasi secara online. Kemudian pembayaran dapat dilakukan dengan beberapa pilihan dompet digital seperti Gopay, Ovo dan Shopee Pay.
Lazismu juga telah bekerja sama dengan sejumlah bank untuk layanan pembayaran menggunakan mobile banking.
Setelah pembayaran zakat berhasil, muzakki akan langsung menerima notifikasi pembayaran pajak melalui e-mail secara real time. Saat peluncuran aplikasi ini, Lazismu Jatim bisa langsung mengumpulkan dana zakat Rp 94,8 juta.
Lazismu memiliki target bisa terjadi peningkatan penerimaan zakat. Di mana, Lazismu rata-rata mengumpulkan Rp 50 miliar per tahun, bisa naik menjadi Rp 75 miliar. Jumlah ini sejatinya terbilang kecil karena bila didayagunakan bisa sampai Rp 1 triliun per tahun.
Geliat Lazismu Jatim melakukan terobosan ini menginsprasi Lazismu di daerah lain. Pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan ZIS menjadi andalannya. Digitalisasi memang menjadi kebutuhan. Dan mereka sadar harus adaptif dengan perkembangan zaman. (agus wahyudi) Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H