Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jika Etos Kerja Menurun, Ingat Kisah Tangan Hitam yang Dicintai Allah

3 Mei 2021   21:00 Diperbarui: 3 Mei 2021   21:04 3507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya belajar banyak dari banyak kisah-kisah Rasulullah dan para sahabat. Baik yang disampaikan para ustad di mimbar-mimbar, maupun dari beberapa buku yang saya baca.  

Salah satu yang sering saya kutip adalah kisah inspiratif yang teramat menyentuh. Dari Sa'ad Al-Anshari yang menceritakan tentang seorang sahabat Rasulullah memperlihatkan tangannya yang hitam dan melepuh.

Ketika Rasulullah menanyakan hal itu, Sa'ad berkata bahwa tangannya melepuh lantaran bekerja keras. Sahabat itu bekerja membelah tanah keras dengan kampaknya untuk mencari nafkah yang halal bagi keluarga.

Mendengar itu, Rasulullah yang mulia mengambil tangannya, lantas menciumnya. Seakan-akan Rasulullah ingin mengatakan kepada seluruh pengikutnya bahwa yang yang melepuh karena kerja keras adalah tangan yang dicintai Allah.

Saya sering menceritakan kisah ini kepada keluarga, teman, dan sahabat. Bahkan beberapa teman di antaranya menceritakan ulang kepada teman lainnya.

Bagi saya, kisah sahabat Rasulullah yang tabah ini menjadi introspeksi. Menjadi cermin diri untuk semua umat manusia. Betapa mulianya orang yang mau bekerja keras dan mau selalu bersyukur, tawakal, dan qonaah.

Sebagai ilustrasi, saya juga sampaikan berapa banyak orang kurang beruntung di sekitar kita. Berapa banyak kaum papa yang bekerja tanpa kenal waktu untuk memenuhi kebutuhan periuk nasi.

Pagi-pagi mereka berangkat, tiba di tempat kerja lantas memikul barang-barang yang berat. Mereka bekerja di tengah terik matahari yang menghujam kulit.

Kita juga perlu menengok, berapa banyak orang yang bekerja dalam tekanan keras namun pernah meninggalkan ibadah. Mereka yang tetap yakin dengan pertolongan Allah tanpa mau bertanya kapan datangnya.

Begitu pun dengan para kuli panggul atau pekerja kasar lain di pelabuhan. Mereka juga tak pernah lelah menjemput rezeki. Mau bersungguh-sungguh melakukan tugasnya.

Kita juga pantas berempati kepada para pedagang asongan. Yang hatinya selalu berdebar-debar karena setiap saat harus berkejar-kejaran dengan polisi pamong praja.

Para nelayan yang bersemangat melaut karena cinta keluarganya. Para petani yang saban hari tak kenal lelah menyemai lahannya dan merawatnya agar tetap subur.

Kaum buruh pabrik yang datang dari kampung terpencil yang bekerja tanpa perlindungan asuransi. Para sopir angkot yang nasibnya makin menentu menyusuk melambungnya harga bahan bakar dan makin sepinya penumpang.

***

Ilustrasi foto:stickybranding.com
Ilustrasi foto:stickybranding.com

Kisah dari sahabat Rasulullah ini juga mengajarkan kepada kita tentang arti penting sebuah etos kerja. Semangat kerja yang harus dimiliki agar mampu bekerja lebih baik. Bekerja untuk memperoleh nilai hidup.

Dengan etos kerja yang baik, mereka bisa memiliki totalitas kepribadian diri serta cara memaknai, mengekspresikan, dan meyakini sesuatu hingga mendorong dirinya untuk bertindak serta meraih amal yang optimal.  

Jika semangat itu yang dipunyai, pekerjaan apa pun yang dilakukan asal halal, pada ujungnya akan memberikan kebaikan. Baik untuk pribadi, keluarga maupun orang lain.

Dalam konteks tersebut, kita juga perlu menyadari tentang roda kehidupan yang terus berputar. Ada kala kita memang berada di bawah. Mengerjakan tugas-tugas berat dengan upah yang tak seberapa.

Namun karena kesabaran, kesungguhan, dan kejujuran jerih payahnya mendatangkan keberkahan. Hingga pada saatnya upaya keras yang kita lakukan mendatangkan hasil yang maksimal.

Jika kemudian kesungguhan kita dalam bekerja bisa mengangkat derajat dan taraf kehidupan yang lebih baik, itu merupakan bonus dari Allah yang pantas kita syukuri.

So, pada akhirnya saya ingin sampaikan kepada pemilik tangan-tangan yang hitam. Janganlah pernah bersedih. Janganlah meratapi kehidupan dunia yang sementara.

Manusia yang suka bekerja keras amat dicintai Allah. Sebaliknya, Allah teramat membenci mereka yang menghabiskan hari-harinya dengan berpangku tangan. Bergumul dengan ilusi-ilusi kosong.

Bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan kejujuran adalah tugas mulia yang akan mendapat balasan kebaikan dari Allah. Begitu pun hidup dengan kepasrahan dan kesabaran, tentu akan mendapat kemudahan dan kebahagiaan. Wallahualam bissawab. (agus wahyudi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun