Mengeluh dari urusan pribadi, keluarga, bahkan urusan negara. Dan lagi, teman yang suka mengeluh itu juga gampang menyalahkan orang lain dan cari kambing hitam.
Saya mencoba berempati. Jika siapa pun orang pasti punya masalah. Entah masalah besar, sedang, atau kecil. Tapi, bukankah tidak bijak kalau lari dari masalah dan hanya berpangku tangan?
Saya juga kerap mengingatkan di Surat At Talaq Ayat 2-3:
 "Waman Yattaqillaha yaj'allahu makhrajan wa yarzuqhu min haithu la yahtasib. Waman yatawakkal 'allahi hahuwa hasbuh. Innallaha nalighu amrihi qad ja'alahullahu likulli syaiin qadra."
Artinya : "..Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah (dengan mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan laranganNya), nescaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya), (2) Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya dan (Ingatlah), sesiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu."
Â
Saya sering mengucapkan doa ini. Setiap usai salat fardu. Acap kali saya mengartikannya secara perlahan. Dalam risalah disebutkan kalau Rasulullah SAW setiap selesai salat sering membaca doa ini.
Allahumma inni a'udzu bika minal Hammi wal hazan, wa a'udzu bika minal 'ajzi wal kasal, wa a'udzu bika minal jubni wal bukhl, wa a'udzu bika min ghalabatid dain wa qahrir rijal.
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan utang dan kesewenang-wenangan manusia."
Saya menyakini doa ini mampu mendorong kita itu lebih tenang menghadapi masalah. Menghadapi banyaknya urusan yang belum terselesaikan.