Aktivitas tadarus ini juga mendapat perhatian masyarakat sekitar. Banyak di antara warga yang mengirim makanan, kue, kopi, air mineral, es buah, dan lainnya. Kadang juga ada yang membuat tumpeng dan nasi kota manakala tahu peserta tadarus sudah mengkhatamkan Alquran.Â
***
Suatu ketika, masjid di kampung kami pernah didatangi rombongan Jamaah Tabligh. Sebagian besar berasal dari Pakistan dan India. Selebihnya dari beberapa daerah di Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, dan Surabaya.
Kehadiran Jamaah Tabligh merupakan rangkaian dari kegiatan "rihlah dakwah". Mereka disambut hangat jamaah masjid di kampung saya. Suasana puasa menambah keakraban. Usai adzan Maghrib, kami membatalkan puasa dengan makan takjil. Kemudian dilanjutkan salat Maghrib berjamaah. Setelah itu, kami berbuka puasa bersama. Makan dengan tangan. Â
Tiba waktu Isya, kami melaksanakan salat Tarawih berjamaah. Sebelum salat witir, ada kultum alias kuliah tujuh menit. Dua orang perwakilan Jamaah Tabligh dipersilahkan memberi ceramah. Satu orang menyampaikan materi dakwah dalam bahasa Arab, satu orang lainnya menerjemahkannya dalam bahasa Indonesia.
Meski saya bukan menjadi anggota Jamaah Tabligh, saya senang melihat kebersamaan itu. Mereka yang mau berbaur dengan saudara sesama muslim. Tanpa jarak. Yang mengajak kebaikan, menjauhi kemungkaran dan kemudlaratan.
Sama halnya ketika saya selalu merindukan hadir di tengah ribuan jamaah saat buka puasa. Salah satu yang selalu membuat klangenan adalah menjadi "musyafir" dan ikut buka puasa bersama di Masjid Al Falah Surabaya. Salah satu masjid terbesar di Kota Pahlawan. Aktivitasnya sangat padat. Terlebih di bulan Ramadan.
Tiap Ramadan, Masjid Al Falah membagikan ribuan nasi bungkus kepada jamaahnya. Usai salat Maghrib, jamaah bisa menikmati teh manis dan kurma yang disediakan di selasar masjid. Setelah salat Maghrib, takmir meminta jamaah tidak melaksanakan salat ba'diyah dulu, karena sejumlah petugas masjid membagikan kupon orang per orang. Kupon tersebut bisa ditukarkan dengan nasi bungkus yang sudah tersedia di beberapa pintu keluar. Jamaah Masjid Al Falah sendiri bukan hanya dari Surabaya, tapi berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur. Tamu dari luar pulau juga kerap salat di sana.
Nasi bungkus yang disediakan di Masjid Al Falah di bulan Ramadan itu selalu bikin saya "ketagihan". Yang favorit nasi bungkus dengan lauk sambel goreng ati. Saking klangenannya, setelah menikah dan punya anak, saya acap kali menyisikan waktu beberapa hari untuk ikut berbuka puasa di Masjid Al Falah. Terutama di sepuluh hari terakhir. Kemudian menyambung dengan kegiatan i'tikaf dan sahur bersama. Dan senangnya, saya masih bisa menikmati nasi bungkus lauk sambel goreng ati itu yang rasanya nyaris gak berubah. (agus wahyudi) Â
Â