Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perawat Ini Bantu Penyembuhan Pasien TB MDR dengan Bikin Handicraft

17 Maret 2021   13:11 Diperbarui: 18 Maret 2021   12:04 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat di Hari Perawat Nasional 17 Maret, saya harus angkat topi terhadap kiprah perempuan yang satu ini. Namanya, Apsari Listyowati. Perawat yang  bertugas di Puskesmas Tambakrejo, Surabaya. Ibu dua anak ini, selain sebagai tenaga medis, juga dikenal sebagai perajin handicraft.

Lewat ketrampilannya, Apsari berikhtiar membantu pasien penderita Tuberkulosis Multi Drug Resistance (TB MDR) agar tetap kuat dan optimistis segera sembuh. Caranya pun cukup unik. Yakni dengan mengajak mereka belajar membuat kerajinan tangan.

Ihwal upaya itu dilatarbelakangi oleh beban berat yang dirasakan pasien TB MDR. Karena mereka harus minum obat dalam jumlah tertentu setiap harinya. Dari Senin hingga Sabtu berobat di puskesmas. Sedangkan pada hari Minggu atau Hari Besar, mereka menjalani pengobatan di RSUD dr Soetomo.

Bagi orang awan, TB MDR biasa diartikan sebagai penderita TBC yang kebal terhadap obat TBC biasa. Di mana, pengobatan TBC biasa butuh waktu enam bulan. 

Penderita TB MDR ini harus menjalani pengobatan kurang lebih dua tahun. Pengobatan diberikan melalui injeksi kurang lebih enam bulan setiap hari. Obat oral minimal 15 tablet. Disesuaikan dengan berat badan. Pengobatan pasien TB MDR ini harus dilakukan di rumah sakit atau puskesmas yang ditunjuk.

Menurut spesialis paru, Erlina Burhan, seperti dikutip di laman hellosehat.com, penyebab tuberkulosis MDR yang pertama adalah penggunaan obat TBC yang kurang memadai, baik oleh tim medis maupun pasien. Dokter atau petugas kesehatan tidak dapat memberikan panduan, informasi dosis dan waktu lama pengobatan secara baik kepada pasien.

Erlina juga mengungkapkan, dalam pengobatan TBC lini pertama, pasien harus menghabiskan obat TBC sesuai dosis dan jadwal yang ditentukan. Jika lalai atau kurang disiplin minum obat sesuai aturan, pasien lebih berisiko mengalami efek resistensi (kebal) terhadap obat.

Di samping itu, kegagalan pengobatan TBC juga bisa terjadi lantaran pasien sulit memperoleh obat-obatan. Pasalnya, obat anti-TBC tidak selalu tersedia di seluruh daerah di Indonesia.

Kelalaian pengobatan sebenarnya adalah faktor eksternal yang menyebabkan bakteri penyebab TBC, yaitu Mycobacterium Tuberculosis (MTB) jadi kebal terhadap obat TBC.

Ilustrasi foto: medicalnewstoday 
Ilustrasi foto: medicalnewstoday 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun