Jangan pernah berpikir kegagalan. Karena dalam bisnis, tidak ada kamus gagal, tapi mencoba sekali lagi. Diktum itu diyakini Mariyana Fitriyah. Perempuan pelaku usaha Surabaya yang mendulang pundi-pundi rupiah dari bisnis kue kering.
Sebelum melakoni bisnis, perempuan kelahiran 6 Juli 1973, ini bekerja di perusahaan desain. Berkantor di Jalan Ampel, Surabaya. Dia belajar desain grafis secara otodidak. Customer-nya kebanyakan pengusaha tekstil.
Pekerjaan sebagai desainer benar-benar menyita waktu. Mariyana kerap menghabiskan berjam-jam hingga dinihari di depan laptop. Tidur dan makannya tak teratur. Saking seringnya melekan, dia acap mengonsumsi minuman berenergi.
Pola hidup tak sehat berdampak buruk pada kesehatannya. Mariyana sempat jatuh sakit. Hasil diagnosa medis, ginjalnya mengalami pembengkakan. Mariyana harus menjalani opname beberapa hari di rumah sakit.
"Saya wajib berobat teratur. Dokter melarang saya beraktivitas beberapa bulan untuk pemulihan," tutur alumnus D3 STP Satya Widya Surabaya, tahun 1995, ini.
Mariyana gamang. Dia mencintai pekerjaannya. Namiun ia harus realistis dengan kondisi kesehatan. Setelah berdiskusi dengan suaminya, Adnan Oesman, Fitria memutuskan resign. Dia berkonsentrasi mengurus keluarga. Â
"Menganggur" di rumah membuat Mariyana jenuh. Dia mulai berpikir untuk melakukan aktivitas produktif. Yang menghasilkan pendapatan, tapi  bisa dikerjakan di rumah. Tercetuskan ide membuka spa muslimah. Mulanya, dia berpikir bisa mendulang keungungan besar. Namun kenyataan tak demikian. Omzetnya tak bisa menutupi biaya investasi dan operasional. Usaha itu hanya bertahan dua tahun.
Mariyana lantas mencoba bisnis aksesoris. Membuat bros, kalung, gelang, dan lainnya. Semua produknya handmade. Modalnya gak kelewat besar. Cuma, perputaran uangnya lambat. Usahanya itu tak kunjung membesar. Dia pun tak meneruskannya.
Sasar Kelas Menengah
Mariyana kemudian menjajal usaha kuliner. Jualan kue. Kebetulan, ibunya dulu punya usaha kuliner. Sering dapat order nasi kota dan kue. Pelanggannya lumayan banyak. Â "Itung-itung melanjutkan usaha ibu," cetus Mariyana.
Kala itu, Mariyana memodali usaha kuliner Rp 1 juta. Uang itu diperoleh dari menyisihkan gaji bulanan suami. Mariyana yakin yang lebih penting untuk memulai usaha bukan modal, tapi semangat dan keyakinan.
Dari modal tersebut, Mariyana membuat bakery. Dijual di depan rumah pakai gerobak. Sebagian ada yang dititipkan di toko sekitar rumah. Tiap hari, dagangannya ada yang retur. Biasanya, produk yang gak laku dibagikan kepada tetangga. Bakery buatanya tidak bisa bertahan lama karena tanpa menggunakan bahan pengawet.
Bisnis kue Mariyana berjalan landai-landai saja. Namun dia tak patah arang. Tahun 2015, Mariyana bergabung dengan Pahlawan Ekonomi. Program pemberdayaan ekonomi keluarga yang diinisiasi Tri Rismaharini (waktu itu menjabat wali kota Surabaya). Di sana Mariyana belajar banyak hal. Di antaranya ketrampilan membuat kue, digital marketing, dan manajemen keuangan.
Mariyana merasakan cakrawala bisnis bertambah luas. Jaringannya bertambah banyak. Dia juga dapat inspirasi baru. Yakni, membuat produk jajanan tradisional yang dikemas kekinian. Membuat kue yang masa expired atau batas kedaluarsanya lebih lama.
Mariyana kemudian membuat produk unggulan. Kue bagelan, namanya. Kue tempo dulu. Yang dikonsumsi nonik dan menir Belanda. Mariyana membuatnya dalam bentuk kue kering.
Sebelum dipasarkan, Mariyana men-tester-kan kepada mentor-mentor Pahlawan Ekonomi. Setelah rasanya benar-benar pas, dia kemudian menjualnya.
Kue bagelan buatan diproyeksikan menyasar pasar menengah atas. Karena itu, perlu branding dan packaging yang oke. Melalui program Tatarupa, produknya dikemas lebih keren. Mereknya, Baper nak! (Bagelan Super Enak). Kata baper (bawah perasaan) dipilih mewakili istilah kekinian. Jika lagi baper, ya makan bagelan. Begitu kira-kira bahasa marketignys.
Untuk membuat cookies tersebut, Mariyana membutuhkan bahan-bahan seperti tepung, gula, telur, keju, dan ragi. Proses pembuatannya dilakukan dua kali. Pertama, membuat adonan. Kedua, peresapan atau mendiamkan adonan selama sehari. Kedua proses ini dilakukan untuk mendapatkan adonan yang mengembang. Sehingga menghasilkan bagelan yang gurih dan nikmat. Dia juga membuat beberapa varian rasa. Di antaranya rasa keju, kopi, dan coklat.
"Prosesnya memang agak ribet. Saya sengaja memilihnya karena jarang dilakukan pelaku UMKM lain," tutur perempuan yang aktif menjadi kader Aisyiyah Surabaya, itu.
Mariyana kemudian memberi nilai tambah, dalam kemasan produknya Mariyana memberi kata-kata motivasi. Tertera di belakang kemasan produknya.
Struggle that you do today is the single way to build a better future. Your future is determined by what you start today.
(Perjuangan yang kamu lakukan hari ini merupakan cara untuk membangun kualitas yang lebih baik di hari esok. Masa depan Anda ditentukan oleh hal yang Anda mulai hari ini)
We will never know the real answer before we try. Too many think just make us afraid to pass our life.
(Kita tak akan pernah tahu kebenarannya sampai kita mencobanya. Terlalu banyak pertimbangan hanya membuat kita ragu untuk melangkah dalam menjalani  hidup)
Usaha kuliner Mariyana tapak demi tapak menunjukkan perkembangan signifikan. Lewat brand Ayu Cookies, Fitria gencar memasarkan produknya baik offline maupun online.
Nama Ayu Cookies dicomot dari huruf depan nama anak-anak saya: Aiman, Yasmine, dan Usman. Harapannya, usaha ini bisa diteruskan anak-anaknya.
Di rumah produksi di Jalan Purwodadi 1/67, Surabaya, Mariyana dibantu empat orang pegawai. Mereka direkrut dari tetangga di sekitar tempat tinggalnya.
Dia selalu mendorong pegawainya untuk dapat sukses. Bisa membuka usaha sendiri dan berpenghasilan. Makanya, Mariyana tidak keberatan jika mereka keluar dan mengembangkan usaha. Untuk masalah resep, dia tidak pernah merahasiakan. Kepada siapa pun. Karena dengan begitu dia dapat lebih berkembang dan terus berinovasi. Dia juga yakin rezeki tidak akan tertukar.
Dari promosi, produk-produk Ayu Cookies akhirnya dijajakan di 50 outlet. Di antaranya di outlet Lapis Surabaya Pahlawan dan Bandara Internasional Juanda. Mariyana juga berjualan di Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
Mariyana mampu meraup pendapatan Rp 20 juta per bulan. Namun, jika momen Ramadan dan Lebaran, pesanan kue keringnya melonjak hingga dua kali lipat.
Atas dedikasinya, Mariyana dinobatkan sebagai pemenang Juara II Pahlawan Ekonomi Award 2016 Kategori Home Industry. Setahun kemudian, dia mendapat Best of The Best Category Home Industry Pahlawan Ekonomi 2017.
Impian Naik Haji
Suatu sore, Mariyana Fitriyah dikontak staf protokol Pemerintah Kota Surabaya. Dalam pembicaraan, staf protokol itu memesan beberapa produk Ayu Cookies. Yakni, bagelan, sus keju, dan pangsit. Ketiga produk tersebut akan dibawa ke Jakarta untuk para pejabat tinggi di sana. Dia diberi tahu kalau orang-orang di Jakarta menyukai kue buatannya.
"Saya ditelepon sore, malamnya saya diminta mengantar ke pemkot, karena jam lima pagi harus ada di Bandara Juanda. Alhamdulillah, saya bisa menyelesaikan dalam waktu relatif mepet. Deg-degan sih karena kerjanya agak ngebut," ucap perempuan berjilbab itu, lalu tersenyum.
Selang sehari setelah pengiriman, Mariana mendapat kabar dari staf protokol tersebut, jika produk Ayu Cookies sudah di Istana Negara. Menjadi suguhan tamu-tamu di Kantor Sekretariat Kabinet (Seskab) RI.
Mendapat kabar itu, Mariana merasa sangat surprise. "Masa sih? Ah, yang benar? Kantor Sekretariat Kabinet yang pesan?"
Tak lama, staf protokol itu mengirim foto-foto via WhatsApp. Di mana, dia membawa produk Ayu Cookies di depan pintu Seskab RI. Kemudian ditunjukkan ruang kerja Seskab RI Pramono Anung. Dalam foto-foto yang dikirim staf protokol, tiga produk Ayu Cookies bersanding dengan segelas teh yang meja kerja dan meja tamu.
"Saya sangat terkejut. Senang sekali. Akhirnya, produk Ayu Cookies masuk Istana Negara. Kayak mimpi masuk istananya, hehe..," ucap perempuan blasteran Madura dan Tionghoa, itu.
Pemesanan produk-produk Ayo Cookies masih berlanjut hingga sekarang. Pengakuan Mariyana, sudah empat kali pihak Istana Negara melakukan repeat order.
Mariyana mensyukuri semua berkah dari bisnis kue keringnya. Bisa berbagi dan berderma. Ini sekaligus memenuhi harapan ibunya yang sudah almarhum. Jika dia harus bisa mandiri, giat mencari pendapatan, menuntut ilmu, dan beramal.
"Bagi saya, keinginan membantu perempuan single perent sudah saya lakukan. Satu-satunya yang ingin saya yang belum wujudkan adalah naik haji. Itu saja," ujar Mariyana dengan mata berkaca-kaca. (agus wahyudi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H