Pelajaran dari Laurent Hatton
Muhammad Khusen menyadari berkarir sepak bola ada batasnya. Karena itu, dia mulai merintis untuk menjadi pelatih. Setelah sekolah perwira, dia mengikuti kursus kepelatihan.
"Saya bermain mengambil lisensi D nasional, C nasional, B nasional," katanya.
Khusen melatih di PSAD, mengikuti internal Persebaya. Dia mampu membawa PSAD bercokol di papan atas Seri A kompetisi tersebut. Setelah resmi pensiun menjadi pemain sepak bola, Khusen mengambil kursus lisensi C AFC, B AFC.
Kemampuan Khusen diuji saat dia menjadi asisten pelatih Deltras Sidoarjo yang berlaga di Liga 3. Tak lama, Khusen mendapat tantangan baru. Menjadi asisten pelatih PS TNI. Dia merasakan bekerja sama dengan dua pelatih asing, yakni Ivan Kolev dan Laurent Hatton.
Banyak pengalaman dipetik selama menukangi PS TNI. Yang dirasakan Khusen jika bekerja dengan pelatih asing itu betapa kedispilinan menjadi kunci.
Khusen lalu cerita pengalaman menjadi asisten Laurent Hatton. Saat itu, tugas dia sebelum latihan adalah mengabsen pemain. Siapa yang cedera, sakit, atau izin. Tiba-tiba pas hari "H" latihan, Laurent mengecek catatan yang diberikan Khusen dengan pemain yang ikut latihan berbeda. Khusen tidak melaporkan pemain yang izin mendadak jelang berangkat latihan.
"Pengalaman itu menjadi pelajaran bagi saya. Saya diminta tidak mengulangi dan harus memberi laporan detail," ujar Khusen.
Setelah beberapa musim di PS TNI, Khusen kembali ke kesatuan dan melatih PSAD lagi. Tahun 2019, dia dikontak coach Hanafing (Direktur Teknik PSHW). Ditawari bergabung dengan PSHW. Berikut mengajak sejumlah anak asuhnya ikut seleksi.
Khusen tak keberatan. Dia kemudian dikontak Presiden PSHW Dhimam Abror Djuraid. Intinya sama, tawaran bergabung di klub milik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur itu. Hingga terbentuk skuad klub yang berjuluk Laskar Matahari tersebut.
Khusen ditunjuk sebagai asisten pelatih, mendampingi Yusuf Ekodono. "Saya senang bisa bergabung dengan PSHW. Keluarga saya juga sangat mendukung," tutur dia.