Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tahun Kedua Pandemi, Aktivitas Mal Masih Lesu Darah

27 Februari 2021   23:03 Diperbarui: 15 Maret 2021   16:22 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan mal di masa pandemi covid-19 yang memasuki tahun kedua, masih lesu darah. Banyak pengelola mal kelimpungan. Berbagai upaya dilakukan untuk menggairahkan aktivitas di mal. Dari penawaran tempat atau fasilitas baru hingga obral diskon gede-gedean.

Sepinya mal juga membuat pengelola membuat terobosan "radikal". Lippo Plaza Mampang dipakai sebagai rumah sakit yang menangani pasien covid-19. Rumah sakit tersebut dapat merawat 415 pasien. Tahap awal dibuka 180 tempat tidur.

Di rumah sakit tersebut juga dilengkapi fasilitas intensive care unit (ICU) dan high care unit (HCU) dengan jumlah 18 tempat tidur. Kemudian fasilitas gawat darurat dengan kapasitas 11 tempat tidur.

Hal serupa juga terjadi di Surabaya. Sekira dua pekan lalu, City of Tomorrow (Cito), mal yang berada di perbatasan pintu masuk Surabaya, juga dipakai rumah sakit menangani pasien Covid-19. Pengelola menjamin, meski berada di area mal, namun bangunan gedung yang digunakan untuk rumah sakit ini bersekatan.

Di Cito, tersedia 105 kamar dengan single bed. Kapasitas kamar di rumah sakit ini masih dapat ditambah sesuai kebutuhan ke depannya. Bisa naik sampai 186 kamar. Berikut dengan ketersediaan 8 ICU yang bisa ditambah menjadi 16 ICU.

Dimas Pratama, peneliti enciety Business Consult (EBC), menilai adanya mal yang menjadi rumah sakit tak lepas dari konsep kawasan yang mixed-use. Di mana, dalam satu bangunan punya beberapa fungsi. Selain mal, ada apartemen, hotel, sekolah, dan lainnya

"Yang menjadi catatan, bagaimana dengan pengelolaan limbahnya? Apakah menjadi satu dengan mal?" ujar Dimas.

Dimas menuturkan, mal memang tak bisa menghindari tiga realitas di masa pandemi. Yakni, mal mengalami sepi pengunjung, sepi transaksi, dan sepi okupansi.

Dia lalu menunjuk tingkat pengujung mal di Surabaya. Berdasarkan catatan Bisnis, sebelum pandemi, Tunjungan Plaza bisa dikunjungi hampir 13 ribu unit mobil per harinya. Pakuwon Mall dan Pakuwon Trade Center bahkan bisa dikunjungi 15-22 ribu unit mobil per hari. Namun ketika pandemi, kunjungan merosot drastis. Hingga 50-60 persen lebih.

"Banyak upaya sudah dilakukan menggairahkan. Menggelar grand sale, misalnya. Namun faktanya tak sesuai ekspektasi," tandas Dimas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun