Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menebar Success Story dan Jadikan Pelaku UMKM Makin Digital

22 Desember 2020   11:09 Diperbarui: 22 Desember 2020   14:33 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senang dan bahagia. Begitulah yang saya rasakan setelah Kompasiana membuat topik pilihan "Bantu UMKM Ciptakan Keluarga Tangguh". Topik yang sangat relevan dengan kondisi masa kini. Di saat pandemi covid-19 yang memorak-porandakan sendi-sendi kehidupan. Tak terkecuali di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 

Saya juga mengapreasi semua artikel, baik berupa opini, pengalaman, dan kisah yang telah memenuhi ruang perbincangan di ruang publik. Menjadikan UMKM sebagai isu publik yang seksi. Hingga memantik perhatian pemegang kekuasaan.

Saya terlibat di Pahlawan Ekonomi Surabaya, program pemberdayaan ekonomi keluarga, sejak 2012. Program itu diinisiasi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Tahun ini, genap sepuluh tahun program tersebut dijalankan, setelah dilaunching pada 2010. Anggotanya sudah 12 ribu orang lebih.

Program ini awalnya difokuskan untuk kaum perempuan. Yang diorientasikan untuk menghidupakan "mesin kedua" ekonomi keluarga. Namun belakangan berkembang dengan kehadiran peserta dari kaum Adam. Lantaran usaha istrinya terus berkembang, sang suami akhirnya ikut terjun membantu. Bahkan, tak sedikit suami yang resign dari pekerjaaannya, kemudian fokus berbisnis.

 Tak hanya itu, pada tahun 2016, Pahlawan Ekonomi telah "berdiaspora" dengan melahirkan Pejuang Muda. Program ini menyasar komunitas anak muda usia 20-39 tahun di setiap kampung yang tidak bekerja di sektor formal.

Ketika pandemi mendera, sekira Maret 2010, semua pelatihan yang kami gelar setiap Sabtu dan Minggu, berhenti total. Begitu pun event periodik yang telah terjadwal, seperti road show di 31 kecamatan di Surabaya, Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan, akhirnya ditiadakan.

Saya masih ingat benar, kala itu, banyak pelaku usaha yang sempoyongan. Mereka benar-benar meradang. Cemas dan gelisah. Betapa tidak, omzetnya tiba-tiba melorot drastis. Tak sedikit yang "njedok", istilah yang lazim dipakai untuk menyebut tidak ada produk yang laku.

Dua bulan masa pandemi, belum ada tanda-tanda bakal sirna. Krisis ekonomi masih berlangsung. Bahkan bertambah parah. Para pelaku usaha yang berharap besar ada bantuan dari pemerintah, ternyata tak jua terealisasi.

Yang agak menolong waktu itu, Pemerintah Kota Surabaya mendistribusikan makanan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Selain sembako, juga pengadaan abon dan kering tempe. Kedua makanan tersebut dianggap cocok di masa krisis dan kaya protein.

Penyediaan abon dan kering tempe tersebut mengerahkan 38 pelaku usaha. Hingga sekarang sudah menghasilkan lebih lima ton abon dan kering tempe. Penerima makanan itu pekerja migran terdampak pandemi covid-19. Antara lain, pembantu rumah tangga (PRT) yang bekerja paro waktu untuk mencuci dan bersih-bersih rumah, tukang sampah lingkungan, tukang becak, tukang parkir dan penjaga masjid.

Selain itu, banyak pelaku usaha yang harus menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. Mereka pada giliranya harus menyesuaikan produksi. Seperti pembuatan baju hazmat dan masker yang dikerjakan pelaku usaha yang sebelumnya mengerjakan tas, dompet, rajut, dan daur ulang. Juga perajin batik dan aksesoris yang beralih jualan nasi kotak, kue kering,  dan kue basah.

***

Program Tatarupa yang melibatkan para desainer muda. foto: dok pahlawan ekonomi
Program Tatarupa yang melibatkan para desainer muda. foto: dok pahlawan ekonomi

Ada sejumlah langkah yang dilakukan komite Pahlawan Ekonomi menyiasasi masa pandemi. Pertama, menggelar training dan online bazaar secara berkala. Program ini menyasar semua anggota. Untuk mendukung pelaksanaannya, komite membantu kebutuhan paket data yang diperlukan para pelaku usaha.

Para pelaku usaha mempromosikan produknya dari tiga cluster, yakni crative industry, home industry, dan culinary business. Dari aktivitas ini, transaksi terjadi. Ada closing. Rupiah demi rupiah dikumpulkan. Memang tak sebesar sebelum pandemi, namun mereka bisa menikmati hasil jerih payah di masa sulit.

 Keterbatasan hubungan sosial memang membuat berjualan di dunia digital menjadi pilihan. Penggunaan instrumen media sosial dan aplikasi harus dikuasai pelaku usaha.

Aktivitas berjualan online ini dinilai Pakar Statistik ITS Kresnayana Yahya, memberi hikmah besar bagi UMKM. Pasalnya, pekerjaan yang seharusnya dilakukan empat tahun ke depan, bisa dikerjakan tahun ini. Dia lalu menyebut contoh adanya zoom meeting. Sekarang, sudah berapa banyak pelaku UMKM adaptif dan terampil dan bisa yang menggunakannya? Singkatnya, pelaku UMKM memang makin digital.

Kedua, meng-endorse produk-produk UMKM. Upaya mulanya dikerjakan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha. Mereka saling me-review produk. Senangnya, sejumlah influencer ikut membantu meng-erdorse produk-produk UMKM. Tak sedikit produk UMKM yang laku setelah pembeli melihat review dari para influencer.

Suatu ketika, saya pernah mengundang sejumlah influencer untuk me-review produk makanan UMKM Pahlawan Ekonomi. Saya menamainya Yoshinoya-nya Surabaya. Dalam hitungan jam, pelaku UMKM tersebut mendapat sejumlah pembeli baru dari IG-nya. Mayoritas pembelinya anak-anak muda.

Dennis Adhiswara saat menjadi mentor di pelatihan Pahlawan Ekonomi. foto:dok ahlawan ekonomi
Dennis Adhiswara saat menjadi mentor di pelatihan Pahlawan Ekonomi. foto:dok ahlawan ekonomi

Ketiga, menebar virus success story sebanyak-banyaknya dan semassif-massifnya. Menceritakan pengalaman sangat efektif untuk mengangkat niali jual UMKM. Suatu ketika, saya pernah menulis sosok Diah Arfianti, pelaku UMKM yang membeli mesin membeli oven convection 705 dan mixer SM-201 merek Sinmag. Kedua barang tersebut buatan Taiwan tahun 2016. Untuk oven convection kapasitasnya lima loyang harganya Rp 45 juta. Sedang mixer ukuran 20 liter dibeli seharga Rp 10 juta. Totalnya Rp 55 juta. Dua mesin roti ini biasanya dipakai toko kue dan pastry yang memiliki brand ternama. Diah membeli kedua barang itu secara cash.

Ketika cerita itu sampai ke telinga media, rumah Diah pun "digeruduk" jurnalis. Diah tak menyangka sehari bisa melayani wawancara puluhan jurnalis dari media cetak, media online, dan televisi. Mereka pun menjadikan dia sebagai sosok yang layak diceritakan mewakili pelaku UMKM yang sukses.

Pahlawan Ekonomi memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada media mainstream yang juga ikut mendukung kebangkitan UMKM di masa pandemi. Harian KOMPAS, salah satunya. Banyak artikel terkait eksistensi pelaku UMKM Pahlawan Ekonomi yang ditulis KOMPAS. Sebagian artikel "nangkring" di halaman 1.

Di penghujung tahun 2020, optimisme harus terus digelorakan untuk menyemangati para pelaku usaha. Kedatangan vaksin covid-19 membawa secercah harapan segera berakhirnya pandemi. Dan kegiatan ekonomi bisa berputar lagi. Semoga cobaan berat ini membuat kita menjadi bangsa yang kuat. (agus wahyudi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun