"Ternyata wali kota Surabaya yang hebat itu begitu sederhana merencanakan hidupnya. "
Begitu tulis Dahlan Iskan di Harian DI's Way, Jumat (28/8/2020). Media cetak yang dilaunching oleh mantan Menneg BUMN dan eks bos Jawa Pos Group itu pada Juli 2020 lalu.
Dahlan sengaja memberi catatan khusus kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Ini setelah dia datang saat soft launching Historisma, Selasa (25/8/2020) malam. Kafe itu didirikan Fuad Benardi, putra sulung Risma.
Kafe yang gak kelewat mewah. Bahkan bisa dibilang sederhana. Di rumah peninggalan orang tua Risma. Lokasinya dekat Pasar Burung dan Bunga Bratang. Di kawasan Surabaya Timur.
Luasnya, 300 meter persegi. Rumah model tahun 70-an. Lokasinya di daerah kelas tiga Surabaya. Di seberang rumah itu ada dua kios jualan bahan bangunan milik ayah Risma.
Rumah yang dipakai kafe itu status tanahnya surat ijo. Tanah yang statusnya pengguna lahan. Beberapa tahun lalu, Risma mengurus pengalihan status menjadi hak milik. Tapi tidak bisa lantaran terbentur aturan pemerintah.
Rumah itu amat nostalgik bagi Risma. Belum pernah direnovasi. Itu sesuai dengan pesan sang ayah yang sudah lama meninggal. Semua kayu di rumah itu adalah jati istimewa. Di rumah itu Risma menghabiskan masa SMA, kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) hingga lulus menjadi sarjana arsitektur.
Jika rumah itu kemudian dipakai Fuad untuk kafe, itu juga pesan dari sang ayah. Di mana saat Fuad berumur 10 tahun pernah diajak Risma menengok ayahnya. Sang ayah bilang, kelak biar rumah ini untuk Fuad saja.
Saya sempat beberapa kali berkunjung di rumah tersebut. Puluhan meja dan kursi tertata di teras depan, bagian samping dan belakang rumah. Dapur F&B yang disediakan tidak kelewat besar. Sekitar 2x4 meter. Menu-menu yang dijajakan juga belum banyak.
Nama Historisma sengaja dipilih karena ada unsur "histori". Tak salah bila ada gambar-gambar Risma menghiasi dinding kafe. Ada lukisan bergaya mural dan scribble. Pelukisnya, Rachmad Priyandoko. Dia seniman muda kreatif yang juga dikena karikaturis. Karya-karya mural dia juga banyak menghiasi bangunan-bangunan di Kota Surabaya.
Sementara di ruang utama masih belum dipakai. Menurut Fuad, ibunya ingin membuka usaha batik. Hanya belum tahu kapan akan dibuka. Di ruang tersebut masih tersimpan beberapa barang lawas. Ada meja gambar arsitek berikut alat-alatnya, radio kuno, mesin ketik manual, buku-buku, dan lainnya.
***
Dahlan Iskan pantas memberi penilaian yang mungkin dianggap rada "aneh". Sosok Risma yang menjadi wali kota perempuan pertama di Surabaya. Menjabat wali kota selama dua periode. Di masa jelang purna tugas beberapa bulan lagi, dia bersiap menjadi pengusaha kecil. Jualan batik.
Dahlan memang dekat dengan Risma. Ketika dia masih menjadi bos Jawa Pos Group, Dahlan menaruh perhatian besar terhadap kinerja Risma. Bahkan sebelum Risma menjabat wali kota. Beberapa kali mereka terlibat diskusi panjang. Membicarakan soal perkembangan dan pembangunan Kota Pahlawan.
Risma bisa bicara panjang lebar karena dia cukup lama menjabat Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko). Salah satunya soal pertambahan jalan di Surabaya yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Â
Suatu ketika, Dahlan pernah memberikan kejutan kepada Risma. Saat Risma masih menjabat kepala dinas kebersihan dan pertamanan. Ceritanya, Dahlan mengirim utusan menemui Risma. Utusan itu diberi tugas wawancara. Tapi bukan di kantor Pemerintah Kota Surabaya, melainkan di Taman Bungkul.
Risma gak keberatan. Sesampainya di Taman Bungkul, Risma kaget. Pasalnya, Dahlan dan anak buahnya sudah menyambut dia dengan memberi piagam penghargaan kepada Risma. Ini karena Risma dianggap sukses menyulap Taman Bungkul menjadi taman yang asri, indah, dan modern. Taman tersebut pada gilirannya mendapat penghargaan dari PBB.
Di mata Dahlan, sosok Risma sangat unik. Selama menjabat wali kota, Dahlan menilai Risma punya kelebihan yang tidak dimiliki pemimpin lain di Indonesia. Risma mengetahui yang makro, mikro mendalami, detailnya diurus. Dan yang lebih penting lagi, mampu menarasikan persoalan-persoalan masyarakat.
Ketika Risma gencar membangun taman, dia juga getol menghidupkan partisipasi masyarakat. Berbagai kompetisi kebersihan dan lingkungan digelar. Kampung-kampung di Surabaya pun bebenah. Bersolek. Pesta meriah warga selalu tersaji saat pemberian penghargaan. Heboh.Â
Sekian tahun tak bertemu, Dahlan kembali dibuat "heran". Sebab, cita-cita Risma tak seperti yang dibayangkan banyak orang. Menjadi gubernur kah, atau menteri kah.
Apalagi sekarang Risma menjabat ketua DPP PDIP. Sangat dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Punya peluang besar melakukan mobilitas vertikal kekuasaan. Setidaknya mendapat jabatan empuk.
Risma cuma punya impian ingin menjadi pengusaha kecil. Terinspirasi sang ayah, setelah pensiun dini dari pegawai pajak punya usaha jualan batu untuk eksterior. Jika sekarang anaknya sudah buka kafe di teras rumah, dia bakal mengisi ruang tengahnya. Setelah tak lagi menjabat wali kota Surabaya. Dan saya pun speechless mengetahui keinginannya. (agus wahyudi)  Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI