Seorang perempuan pelaku usaha Surabaya mengirim naskah tulisan via WA kepada saya. Perempuan itu, Trully Nurul Ervandiary. Pemilik usaha 101 True Fashion Earth. Naskah tulisan itu lumayan panjang: 2.500 kata lebih. Dilampirkan dalam format file docx.
Trully menyampaikan banyak hal. Mungkin lebih tepat dia memberikan testimoni. Cerita awal memulai usaha, mengikuti pelatihan di Pahlawan Ekonomi, hingga dinobatkan sebagai pemenang, menjadi mentor, dan masih banyak lagi. Â
 Saya tentu senang membacanya. Pengakuan jujur dan terbuka dari perempuan pelaku usaha. Yang memulai bisnis dari nol. Sekarang sudah sepuluh tahun lebih dan telah menghasilkan duit dan prestasi. Membuka lapangan kerja bagi orang lain.
Selain itu, bagi pelaku usaha, meluangkan waktu untuk menulis adalah barang mahal. Apalagi dalam format naskah tulisan yang panjang. Dan selama menjadi Humas Pahlawan Ekonomi, hanya Trully satu-satunya pelaku usaha yang mengirim naskah tulisan kepada saya.
Saya mengenal baik Trully Nurul Ervandiary. Mengetahui kiprah dabn jejak bisnisnya. Sebelumnya menjadi pelaku usaha, Trully pernah bekerja saya pernah bekerja di bank swasta dan perusahaan asing, sebagai frontliner, purchasing, marketing hingga R&D. Kerja mapan. Aktivitasnya terukur dan terjadwal. Punya penghasilan tetap. Sumber pendapatan bulanan keluarganya ada dua, dari dia dan suaminya.
Suatu ketika, dia dipindahtugaskan di Bali. Otomatis jauh dari keluarga di Surabaya. Mau tidak mau, dia harus meninggalkan suami dan kelima anaknya. Awalnya, dia berupaya kuat melakoni pekerjaan untuk sementara waktu. Toh, pada saat tertentu dia juga bisa pulang ke Surabaya . Namun nalurinya sebagai perempuan berkata berat.Â
Di tengah kegalauan, dia merasa tak mungkin berlama-lama menekuni pekerjaan yang mengharuskan dirinya jauh dari keluarga. Pilihannya tentu berat: harus resign. Jika begitu, dia harus rela kehilangan gaji bulanan. Berikut tunjungan dan bonus yang cukup gede.
Trully lantas berpikir mencari solusi. Dia harus punya pendapatan pengganti. Yang paling rasional bisa dilakukan adalah punya usaha sendiri. Berwiraswasta.
Lalu, terbesit dalam benaknya menjajaki bisnis kerajinan tangan. Ini setelah dia melihat banyak produk aksesoris di Bali.  Trully kemudian belajar serius. Dari design berlanjut menjadi produksi bahan mentah sampai aksesoris jadi. Di mana sebagian besar bahan dasarnya dari alam seperti kayu, tulang, batok kelapa yang dipadukan dengan batu alam.
Tahun 2010, Trully membuat keputusan pentung dalam hidupnya: resign. Kembali pulang ke Surabaya. Baginya, uang tak bisa mengganti waktu dia bersama keluarga. Kebahagiaan keluarga jauh lebih utama. Seperti pesan bijak, "Sesibuk apa pun kamu, sejauh apa pun kamu pergi, keluarga merupakan tempat pulang. Uang dan popularitas tak mampu membayar kebersamaan dengan keluarga." Â