Kita butuh kerja sama, bukan sama-sama kerja. Bahu membahu, bukan saling menipu. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Menghimpun kekuatan bersama agar segera terlepas dan terbebas dari wabah yang mengancam keselamatan jiwa. Â
Seperti banyak pesan yang bertebaran di Hari Raya Idul Fitri: taqoballahu wa minna wa minkum (semoga Allah menerima amal kami dan kalian). Pesan itu adalah wujud perjuangan bersama, bukan individual. Begitu pun dengan balasannya: taqobbal ya karim (terimalah ya Allah Yang Maha Mulia).
Lantas, bagaimana menggapai kebersamaan jika hidup dipaksa berjarak? Kebersamaan tidak harus berarti secara fisik. Komunikasi bisa dilakukan dengan berbagai acara. Teknologi telah memberikan banyak kemudahan dan kecepatan. Di sanalah komunikasi kita rajut. Doa bisa saling kita panjatkan.
Seluruh komponen bangsa kini perlu mendorong gerakan pencerahan jiwa. Memurnikan akal sehat. Tidak terjebak hawa nafsu dan amarah. Merekatkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Menguatkan persaudaraan dan saling gotong royong. Â Â
Pada ujungnya, saya percaya diktum yang dilontarkan kaum sufi: "Bahwa persaudaraan bukanlah sesuatu yang dipaksakan. Persaudaraan adalah sesuatu yang harus Anda lahirkan. Anda tidak dapat memetik kecintaan bila menanam kebencian. Anda tidak akan memperoleh saudara bila bertindak sebagai musuh. Anda tidak akan memanen ketulusan dari orang lain bila memelihara kemunafikan." (agus wahyudi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H