Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sesosok Bayangan Berjubah Putih

15 Mei 2020   16:02 Diperbarui: 16 Mei 2020   14:30 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seharian, aku linglung mengisi hari-hari yang pilu. Aku duduk sendiri. Menatap panorama dari balik jendela apartemenku. Aku melihat kesibukan di sebuah kampung kecil padat huni. Kampung itu terlihat makin kumuh. Apalagi setelah bangunan apartemen yang kutempati selesai, dua tahun lalu. Kampung itu jadi langganan tumpahan air bah bercampur sampah dan lumpur. Bahkan, bila hujan lebat mengguyur, rumah-rumah warga bisa terendam air sampai sedengkul.

Semula, warga sempat protes. Gejolak pun tumpah. Warga di kampung itu minta ganti rugi. Namun, pemilik apartemen malah membangun tembok kokoh mengelilingi seluruh bangunan apartemen. Tiap hari, sepuluh aparat marinir dikerahkan menjaga keamanan. Warga yang keder akhirnya memilih bertahan.

Tergambar jelas, wajah kuyu bocah-bocah ingusan bertelanjang dada menenteng kantong plastik yang dikumpulkan dari bak-bak sampah. Bayi-bayi kecil asyik menetek ibunya. Pria-pria berusia senja mendorong gerobak berisi beberapa jerigen air bersih.

Tiba-tiba, aku ingat nasihat almarhum ayahku. Ia berpetuah, ketika saban hari aku ikut salat subuh berjamaah bersamanya di rumah. Katanya, banyak manusia celaka di dunia ini, meski mereka khusyuk beribadah. Kenapa? Yang pertama, menelantarkan anak yatim. Kedua, tidak suka memberi makan orang miskin. Ketiga, selalu berbuat riya , begitu pesan ayahku.

Barangkali, aku sudah menjadi bagian dari orang-orang zalim itu? Aku tergugah. Semangatku terdongkrak. Pikirankan lamat-lamat berasa lempang. Hingga aku begitu merasa pasrah. Gejolak itu kemudian menyeretku tersenyum.

Di sofa, aku baringkan tubuh. Kupeluk bantal erat-erat. Mataku berasa berat. Tiada lagi terpikir kutemui sesosok bayangan berjubah putih. Aku memilih tidur ditemani iringan musik yang kuputar dari radio. Indah betul. Di antara sadar dan kuterjaga, kudengar lagu lawas Bimbo yang teramat nostalgik.

 Pesan nabi tentang mati//jangan takut mati karna pasti terjadi//Setiap insan pasti mati hanya soal waktu...

Pesan nabi tentang mati//janganlah minta mati datang kepadamu// Dan janganlah kau berbuat menyebabkan mati. (agus wahyudi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun