Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ketika Muhammadiyah Lebarkan Dakwah Kultural dengan Membeli Klub Bola

23 Februari 2020   02:52 Diperbarui: 28 Mei 2020   16:46 5319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Azrul Ananda (dua dari kiri) dan Sukadiono usai menandatanganan MoU.fiti:humas umsurabaya 

Hanafing (PSHW), Ahmad Riyadh (Ketua PSSI Jatim), M Mirdasy (direktur PSHW), Cholid Goromah (Persebaya), Gathan Thoriq (Semeru FC).foto:pshwjatim
Hanafing (PSHW), Ahmad Riyadh (Ketua PSSI Jatim), M Mirdasy (direktur PSHW), Cholid Goromah (Persebaya), Gathan Thoriq (Semeru FC).foto:pshwjatim

Banyak kalangan pun bertanya-tanya terkait langkah UMSurabaya dan PWM Jawa Timur. Berikut alasan dan motivasinya. Pasalnya, selama ini, Muhammadiyah tidak kelewat concern dengan dunia olahraga, khususnya sepak bola.  

Muhammadiyah sebagai organisasi tertua di Indonesia itu lebih banyak mengembangkan cakar dakwahnya melalui pendidikan, kesehatan, dan sosial. Melalui Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), sudah ribuan sekolah, dari SD sampai perguruan tinggi, dibangun. Dari Sabang sampai Merauke ada. Kapasitasnya juga terus bertambah.

Juga dengan keberadaan rumah sakit, balai kesehatan ibu dan anak, balai kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dan apotek milik Muhammadiyah yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air. Belum termasuk pondok pesantren, masjid, panti asuhan anak yatim, panti jompo, panti wreda, panti cacat netra, dan infrastruktur sosial yang tercecer di mana-mana.

Saya bisa mengerti langkah Muhammadiyah ini sebagai sebuah "ijtihad". Di mana, sepak bola memang menjadi wahana efektif, strategis, dan jitu untuk menancapkan dakwah kultural. Bagaimana pun, Muhammadiyah perlu melakukan eksplorasi lebih lebar menjalankan dakwah kultural. Yang mungkin masih dirasakan konvensional, rigid, dan kurang menyentuh kalangan milenial dan generasi alpha yang butuh panduan.

Sepak bola juga bisa menjadi turning poin bagi Muhammadiyah. Setidaknya, Muhammadiyah bisa memosisikan diri menjadi bagian penting ikut membangun dan memerbaiki kondisi carut marut persepakbolaan nasional. Hal itu sesuai dengan watak Muhammadiyah yang selalu berkontribusi dan mencari solusi.

Selain itu, dalam catatan sejarah, pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan sangat menggemari bermain sepak bola. Seperti disampaikan Sukriyanto (Ketua PP Muhammadiyah), di bawah kepemimpinan Farid Makruf (Menteri Muda Urusan Haji era Bung Karno) kalangan pemuda Muhammadiyah menggalang dana untuk membangun lapangan sepak bola. Ada yang satu meter, 10 meter, 50 meter, sampai 100 meter. Hingga terbeli lebih dari dua hektar.

Kala itu, arsiteknya dan pimpronya, Ir Soeratin Susrosugondo. Dia teman dan guru KH Ahmad Dahlan. Suratin adalah salah seorang pendiri PSSI dan ketua PSSI pertama (1930-1940). PSSI sampai sekarang masih menggelar Kompetisi Piala Soeratin untuk U-17 ke bawah.

Instrumen yang dimiliki Muhammadiyah untuk terlibat di sepak bola, juga cukup lengkap. Potensi Muhammadiyah untuk menjadi yang terbaik dan tampil di kasta tertinggi juga sangat terbuka. 

Tinggal komiten dan integritas yang harus dijaga. Dan kalimat kerennya bisa seperti ini,"Sepak bola Indonesia perlu sentuhan amar makruf nahi mungkar." (agus wahyudi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun