Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pers yang Membuka Harapan, Bukan Bikin Frustasi

14 Februari 2020   14:16 Diperbarui: 14 Februari 2020   18:29 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman saya menemukan sosok hakim termiskin ini mungkin bisa jadi salah satu alternatif. Namanya Zainal Arifin. Jabatan terakhir sebagai anggota Komisi Yudisial (2005-2010). Mantan hakim peradilan umum. Cerita tentang dia menggugah publik. Di antaranya yang terekam, meski sebagai hakim, dia mau bekerja mencari tambahan finansial sebagai sopir angkot dan penjual bunga di Pasar Kayoon Surabaya. Saya mengunjungi rumah dia di Sidoarjo. Rumah itu pemberian anaknya. Berukuran 8 x 15 meter persegi. Saat itu hari Jumat. Wawancara saya harus selesai sebelum pukul 10.30. Belakangan saya tahu, sebelum Jumatan,  Zainal selalu ikut bersih-bersih masjid yang lokasinya beberapa meter dari rumahnya.

Ada lagi yang terkait bencana, peristiwa, dan insiden yang memakan korban jiwa. Biasanya, pers selalu menempatkan jumlah korban tewas sebagai judul utama. Kenapa pers tidak mencoba membaliknya. Mengambil angle korban yang selamat sebagai headline. Judulnya semisal bisa begini: "Tujuh Orang Selamat dalam Kecelakaan Bus di Situbondo." Sementara korban meninggal dan dirawat di rumah sakit masuk dalam sub judul . Fakta sama, namun ada perspektif harapan.  

Yang mutakhir saya ikuti kasus virus corona. Yang berdampak luas dan kini menjadi kepanikan dan kekacauan dunia. Pers tentu berkewajiban memberi update korban terinfeksi dan korban meninggal. Namun menyajikan fakta lain di mana penderita sembuh jumlahnya mulai lebih besar dari yang meninggal, tentu bisa memberi perspektif harapan. Atau mengeksplorasi fakta bagaimana kemampuan China mampu mewujudkan rumah sakit darurat khusus pasien corona, Huoshensan, di Wuhan, Provinsi Hubei, hanya dalam 8 hari.

Saya kira masih banyak perspektif lain yang bisa disajikan pers untuk ikut memberi informasi dan guidance baik bagi masyarakat. Jika dalam kasus bencana pasti ada cara dan upaya untuk mengatasinya. Seperti halnya adanya penyakit selalu ada obatnya.

Perspektif harapan bisa dijalankan oleh insan pers yang punya kepekaan dan kepedulian ikut mencerdaskan bangsa. Bukan mereka yang cuma berpikir oplah dan menggaet pembaca (viewer) sebanyak-banyaknya. (agus wahyudi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun