Brand kopi lokal tersebut juga dikabarkan sudah mendapat suntikan dana asing. Kabarnya lebih dari Rp 288 miliar. Dan kini, mereka membuka 150 gerai pada akhir 2019 dan melipatgandakannya menjadi seribu gerai pada 2021. Kesuksesan brand kopi lokal itu menginspirasi banyak orang. Hingga banyak pelaku bisnis lain melakukan yang mirip-mirip pula.
Bagi saya, bukan soal kopi dengan cita rasa lokal, tapi kekuatan story yang menjadi karakter brand tersebut. Mungkin banyak yang tak menyangka untaian cerita yang dibangun dengan narasi yang baik dan menyentuh bakal mengangkat nilai brand tersebut. Tapi begitulah faktanya. Pembeli banyak terpikat setelah tahu cerita di balik sebuah produk.
Saya pernah dengar pengakuan jujur seorang pengusaha. Dia pernah merasa kuno di hadapan anak-anak yang masih belia. Ketika anak-anaknya meminta membeli makanan dan minuman yang sama sekali belum dia kenal. Sebelum membeli, anak-anaknya bisa menceritakan tentang brand tersebut. Bahkan cerita epos yang menjadi background-nya. Cukup komplet. Ketika dia tanya dari mana dia tahu asal muasal brand itu, mereka kompak menjawab ada di medsos.
Kawan pengusaha lain itu juga pernah mengeluh, sekarang dia kesulitan mengajak anaknya membeli kebutuhan sandang. Sebab, sang anak merasa lebih nyaman memenuhi kebutuhan pakaian, sepatu, dan lainnya dengan memanfaatkan marketplace.Â
Awalnya, dia mengira beli di online harganya lebih mahal. Ada ongkirnya pula. Belakangan, dia tahu jika anaknya memang pergi ke mal untuk mencoba barang yang akan dibeli. Hanya, transaksi pembelian dilakukan via marketplace karena ada diskonnya. Gratis ongkir.Â
Era digital benar-benar menyajikan pola bisnis yang sungguh berbeda. Inovasi, kreativitas, kepercayaan diri menceritakan sesuatu, sekarang menjadi persoalan penting. Menggoda konsumen tak cukup dengan iklan besar-besar, tapi juga dengan cerita-cerita berkelas. Yang mungkin masih dalam kategori strategi berbisnis. Di mana, kalau tak bisa menjadi yang terbesar, jadilah yang pertama. Dan kalau bukan yang pertama, jadilah yang berbeda.Â
Saya pun berkeyakinan, ke depan, pasar online masih sangat potensial menggaet pelanggan. Meski juga tidak ada garansi bisa menjadikan pelanggan setia. Karena kesetiaan selalu tergoda dengan banyaknya pilihan. (agus wahyudi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H