Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ladang Dakwah Muhammadiyah di Sepak Bola

16 Desember 2019   14:49 Diperbarui: 16 Desember 2019   20:08 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesi coaching clinic di kelas bareng Hanafing.foto:nurudin

Hampir 15 tahun saya gak bertemu Hanafing. Pemain Timnas Indonesia era 80-90-an. Hanafing juga ikut skuad Timnas SEA Games 1991. Bareng Peri Sandria, Edy Harto, Robby Darwis, Widodo C Putro, Yusuf Ekodono, Ferryl Raymond Hattu, Rocky Putirai, dan beberapa pemain lain.

Waktu itu, timnas yang dilatih Anatoli Polosin asal Rusia, berhasil meraih medali emas. Hingga sekarang, rekor itu belum terpecahkan. Terakhir, timnas SEA Games 2019 yang dilatih Indra Sjafri hanya mengantongi medali perak, setelah dipecundangi Vietnam (0-3).

Hanafing lahir di Makassar, 20 Juni 1963. Namun, saat memerkuat NIAC Mitra di Kompetisi Galatama (1980-1944) hingga sekarang, Hanafing kerasan tinggal di Kota Pahlawan. Hanafing kini stay di Perumahan Pondok Indah Wiyung, Surabaya. Rumahnya beda satu blok dengan kediaman Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Kesibukan Hanafing cukup padat. Dia kini menjadi instruktur PSSI. Dia satu dari 20 pelatih nasional yang mengantongi Lisensi AFC Pro. Hanafing juga menjadi Direktur Akademi Persebaya.

Di klub kebanggaan Arek-Arek Suroboyo itu sekarang ada beberapa nama pelatih beken. Di antara Aji Santoso, Bejo Sugiantoro, dan Uston Nawawi.

Pertemuan saya dengan Hanafing diwadahi rumah besar: Muhammadiyah. Ini setelah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur me-relaunching Persatuan Sepak Bola Hizbul Wathan (PSHW).

Klub sepak bola di organisasi berlogo matahari itu didirikan sejak 1918. Namun dalam perjalanan terakhir kurang bergairah. Hidup segan mati tak hendak.

Di kepengurusan PSHW Jatim, Hanafing menjabat direktur teknik SSB. Beberapa nama tokoh bola juga ada di kepengurusan. Di antaranya, Achmad Riyadh (Ketua Aspov PSS Jatim dan Exco PSSI Pusat Periode 2019-2023) dan Dhimam Abror Djuraid (Ketua Penda PSSI Jatim periode 2000-2015).

Saya tentu senang berada di atmosfer bola lagi. Seperti halnya saya masih aktif latihan bola di tiga klub sepak bola di Surabaya. Yakni, di Indonesia Muda (IM), Putra Gelora, dan Persatua Sepak Bola Angkatan Darat (PSAD).

Hanya, nasib menentukan lain. Karir sepak bola saya tidak moncer. Saya kemudian "tersesat" di jalan yang benar menjadi jurnalis, hehe. Termasuk di PSHW Jatim ini, saya menggawangi media officer-nya.

***

Sesi coaching clinic di kelas bareng Hanafing.foto:nurudin
Sesi coaching clinic di kelas bareng Hanafing.foto:nurudin

Pagi itu, Hanafing "berjibaku" di Lapangan Jambangan, Surabaya. Kausnya basah oleh keringat. Suaranya terdengar rada serak. Beberapa kali dia berlari kecil, menunjukkan posisi bermain. Bila ada yang salah dia tak segan memeringatkan dengan teriakan keras.

Saya sengaja ikut sesi latihan itu. Selain mengobati kangen "merumput" di lapangan bola, juga ingin melihat penerapan teknik dan taktik yang diajarkan Hanafing. Saya juga sempat ber-juggling ria. Sambil saya "pamerkan" di media sosial, hehe.

"Mana posisi bek. Bergerak. Persempit ruang gerak. Itu bek membelakangi lawan. Passing-nya mana? Mainkan satu sentuhan," kata Hanafing, sesaat setelah memberi contoh menendang bola yang cepat dan akurat.

Hanafing memimpin praktik di lapangan bersama 60 orang peserta Coaching Clinic PSHW Jawa Timur. Kegiatannya berlangsung dua hari, 14-15 Desember 2019. Sesi teori dilaksanakan di Diklat PUPR, Jalan Gayung Kebosari, Surabaya.

Hanafing tak sendiri. Dia dibantu asistennya, Yusman Mulyono, Dia mantan pemain NIAC Mitra. Yusman pernah bermain bersama Hanafing dan beberapa punggawa NIAC Mitra lain, seperti Rudy Keltjes, M Zen Alhadad, Yessi Mustamu, Jaya Hartono, dan Fandi Ahmad.

Peserta coaching clinic yang mayoritas guru olahraga di sekolah Muhammadiyah itu, benar-benar antusias. Mereka dapat asupan ilmu baru. Cara bermain dan melatih sepak bola modern. Di mana banyak hal yang belum mereka ketahui. Seperti warming up & stretching, three vs one, driven pass, transisi pemain, dan masih banyak lagi.

Latihan ditutup dengan game 30 menit. Sesi ini memungkasi coaching clinic. Peserta bermain dengan gembira. Mempraktikkan semua yang telah dipelajari di kelas. Gol demi gol terjadi. Mereka merasakan bermain dengan taktik dan strategi baru. Yang efektif dan efisien. Yang lebih keren dan belum pernah dilakukan. Usai game, mereka bersalaman. Lalu berpelukan. Sebelum mengakhir mereka kompak meneriakkan, "PSHW Jaya Luar Biasa..."

Hanafing senang dengan kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan sejak PSHW berdiri pada tahun 1918. Kata dia, sekitar 60 persen peserta bisa menyerap pelajaran yang dia berikan. Sekaligus mempraktikannya.

"Ini luar bisa. PSHW berpeluang bisa mencetak pelatih-pelatih andal," tutur dia.

Di mata Hanafing, PSHW punya potensi besar melahirkan pemain berprestasi. Yang mampu berkompetisi bukan cuma di level regional, tapi juga nasional bahkan internasional.

"Muhammadiyah punya banyak sekolah. Saya yakin banyak bibit pemain bola. Jika serius melakukan pembinaan, dua tahun pasti bisa mencetak pemain hebat yang bisa masuk timnas," tutur Hanafing.

Yang menggembirakan, coaching clinic PSHW Jatim ini mendapat perhatian PSSI. Beberapa jam setelah penutupan, Hanafing melaporkan semua aktivitas coaching clinic ke Direktur Teknik PSSI Danurwindo.

"Saya sudah kirim foto dan video. Pak Danurwindo sangat senang dan antusias," ungkap Hanafing. 

***

Rona Dhimam Abror Djuraid terpancar gembira. Dia tak menyangka semangat peserta ikut coaching clinic. Padahal persiapannya mepet banget. Efektif dua mingguan. Dukungan dana yang terkumpul juga dari "bantingan". Urusan spontan melalui WAG warga Muhammadiyah.

Abror yang menjabat Ketua PSHW Jawa Timur, menegaskan jika coaching clinic ini merupakan kegiatan awal setelah Relauching PSHW Jatim pada Milad ke-107 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 23 November 2019.

Di Jatim, ada 15 klub PSHW. Sebagian klub sudah menjadi anggota Asosiasi Kabupaten (Askab) dan Asosiasi Kota (Askot), kepanjangan tangan PSSI di daerah. Targetnya, tahun 2020, sudah terbentuk 38 klub PSHW di Jatim.

Setelah coaching clinic ,terang Abror, pihaknya akan melanjutkan dengan mengadakan Kursus Pelatih Lisensi D Nasional Filanesia (Filosofi Sepak Bola Indonesia). Jumlah pesertanya 20-30 orang. "Targetnya awal Februari 2020 dilaksanakan," kata mantan pemred Jawa Pos itu.

Abror juga menyinggung misi besar yang diusung PSHW. Yang ingin berkontribusi untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Mencetak pemain berkualitas, profesional dan berakhlakul kharimah.

Apa gak terlalu ndakik-ndakik? Abror gak peduli dengan sinisme tersebut. Baginya, kebaikan harus diperjuangkan, diikhtiarkan. Pun soal potret bukan sepak bola kita. Abror mengilustrasikan seperti teori korupsi, bahwa ikan busuk dimulai dari kepalanya.

Hal senada dilontarkan Nadjib Hamid. Wakil Ketua PWM Jawa Timur itu mengatakan, Muhammadiyah punya dua visi besar dengan keberadaan PSHW. Pertama, ikut berkontribusi memerbaiki atmosfer sepak bola nasional yang hingga kini masih terpuruk. Kedua, memperluas media dakwah. 

"Ini ladang dakwah dan amal bagi pengurus, pemain, pelatih, dan suporter bola. Bukan proyek untuk cari keuntungan," papar dia.

Nadjib menuturkan, awal merelaunching PSHW, ada yang mempertanyakan, untuk apa Muhammadiyah mengurus sepak bola? Bukankah kondisi sepak bola Tanah Air sangat buruk? Banyak faktor non teknis mengalahkan profesionalitas.

Menurut Nadjib, Muhammadiyah harus bisa menjadi oase di tengah kegaduhan sepak bola nasional. Sepak bola nasional perlu sentuhan amar makruf nahi mungkar.

Dia lalu mencontohan sikap KH Ahmad Dahlan. Yang menolong pengemis dan gelandangan di kawasan Malioboro. Dahlan tak peduli omongan orang. Yang dia lakukan konkret. Tidak usah perlu mengurus besar dan kecilnya.

"Itulah watak Muhammadiyah. Ikut berkontribusi, bukan antipati. Bertindak otentik, bukan kosmetik," aku Nadjib. (agus wahyudi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun