Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Cerita Pebisnis Clay yang Sukses Jualan Classic Bread

18 November 2019   14:33 Diperbarui: 20 November 2019   14:26 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: dok Monica Harijati Hariboentoro

Di penghujung tahun, saya selalu me-record pelaku usaha di Surabaya. Khususnya anggota Pahlawan Ekonomi. Mulai perkembangan bisnis, produk, omzet, sampai penjualan online dan offline. Dari ratusan, saya tertarik dengan satu nama. Dia, Monica Harijati Hariboentoro.

Monic, begitu ia karib disapa, bergabung di Pahlawan Ekonomi sejak 2010. Waktu itu, dia sudah menjalankan bisnis clay. Ribuan item clay sudah diproduksi. Dijual di toko-toko besar di Kota Pahlawan. Clay kreasi Monic juga dikirim ke Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan Singapura.

Saya tidak menulis bisnis clay Monic. Yang ingin saya ceritakan, bagaimana dia "kesasar" hingga menekuni bisnis jualan roti. Tanpa bekal ketrampilan alias berangkat dari nol.

Pada Februari 2012, Monic mendapat SMS (short message service) dari fasilitator Pahlawan Ekonomi. Program pemberdayaan ekonomi perempuan di Surabaya yang diinisiasi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, tahun 2010. Masa itu, WhatsApp belum popular. Ada Blacberry, namun pelaku usaha belum banyak yang menggunakan.

 Isi SMS tersebut mengajak Monic ikut pelatihan kuliner. Monic bingung. Sebab, di Pahlawan Ekonomi, dia mencatatkan diri bergabung di cluster handicraft. Karena menganggap SMS nyasar, Monic tidak membalas.

Tak lama, Monic mendapat SMS lagi. Isinya sama: undangan untuk mengikuti pelatihan kuliner. Monic mulai tak sabar. Kok dikirim lagi. Ia lantas menyampaikan SMS tersebut ke suaminya, Victor. "Pa, kok aku dapat SMS yang isinya undangan pelatihan masak, ya?"

Mendengar itu, Victor hanya tersenyum, lalu bilang, "Mungkin itu sudah jalan-Nya, Ma. Jalani saja. Ikut saja."

Pada hari yang telah dijadwalkan, Monic ikut pelatihan kuliner tersebut. Dia beranggapan apa salahnya mencari pengalaman baru. Selama pelatihan, Monic serius memperhatikan penjelasan mentornya. Monic senang karena sekarang dia mengerti soal bumbu-bumbu. Berikut cara meraciknya. Juga komposisi masakan agar lebih enak dihidangkan.  

Dari sekian pelatihan yang diikuti, dia tertarik dengan kue dan pastry. Ada banyak jenis pelatihan membikin kue yang diajarkan. Seperti lapis Surabaya, brownies, putu Belanda, pie susu, nastar, egg roll, sponge cake, dan masih banyak lagi.

 Monic berharap bisa jualan kue yang rasanya seperti dijual di brand-brand ternama. Untuk itu, dia makin bersemangat ikut pelatihan. Di rumah, Monic mempraktikan sendiri. Beberapa resep roti dibuat. Sebagian besar gak berhasil. Ada yang kurang manis, terlalu banyak garam, gosong, dan masih banyak lagi. Meski banyak yang gagal, Monic terus mencoba. 

***

foto: dok Monica Harijati Hariboentoro
foto: dok Monica Harijati Hariboentoro
Di rumahnya Jalan Darmo Indah Selatan FF 26, Surabaya. Monica Harijati Hariboentoro tak punya peralatan lengkap membuat roti. Gak ada mixer. Hanya pemanggang roti kecil. Dia menguleni adonan roti dengan tangan.  Makanya, prosesnya menjadi lama. Saking sering menguleni, telunjuk dan jempol dia jadi kasar. Bahkan, beberapa kali tangannya keseleo.

Waktu yang lama tak membuat Monic harus memupuk kesabaran. Setelah matang, kue-kue diletakkan di piring.  Monic kemudian belajar memakai oven kecil ditaruh di atas kompor. Oven itu hanya dapat diisi empat roti. Jadi, kalau satu resep satu kg jadi 30 biji butuh waktu 2-3 jam.

Monic lantas memberanikan diri menjual kue buatannya. Hasilnya? Monic banjir kritikan. Ada yang bilang kuenya terlalu keras, kurang manis, kurang empuk dan sebagainya. Ketika tahu roti masih tersisa, Monic lantas mengobralnya. Harganya super murah: seribuan. "Itung-itung buat ganti ongkos produksi saja," katanya.

Monic mencoba berbagai resep. Membuat roti kemudian dicicipi. Hasilnya, lamat-lamat menjadi bagus. Rotinya empuk dan lezat. Ketika dilempar ke pasar, pembelinya mulai suka. Mayoritas pembeli berkomentar roti buatan Monic enak.

Enam bulan produksi, rupiah demi rupiah Monic kumpulkan. Monica kemudian membeli oven besar dari uang yang dikumpulkan setelah disisihkan buat ongkas produksi. Dengan oven ini, Monic makin produktif.  Ratusan roti diprodusi tiap harinya. Dia menyupalai 10 lapak di kawasan dekat rumahnya. Beberapa orang juga membeli roti buatannya untuk dijual lagi secara ecer.

Belakangan, Monic memilih memosisikan bisnis dengan membuat classic bread. Yang menggunakan sistem kuno. Di mana, tepung difermentasi dulu sebelum membuat adonan. Dan harus menggunakan sourdough (babon). Waktunya memang lebih lama. Untuk membuat 200 roti butuh waktu sekitar enam jam. Produknya dilabeli MJ Bakery.

Dari lapak kecil, roti buatan Monic menyasar beberapa gerai dan ritel modern. Ceritanya, Juni 2014, Pahlawan Ekonomi bekerja sama dengan salah satu perusahaan ritel di Indonesia. Melalui proses kurasi, ada 40 produk yang dijual di 4 ritel di Surabaya. Salah satu yang terpilih produk classic bread  buatan Monic.

 "Kalau sekarang roti saya diujikan dengan roti merek terkenal saya berani, karena hasilnya bagus," ujar Monica, optimistis.

Atas dedikasi dan prestasi, Monic berhasil menyabet Juara 1 Pahlawan Ekonomi Award 2012 Kategori Home Industry dan Best of The Best Home Industry Pahlawan Eknomi 2014.

***

Monica Harijati Hariboentoro mengisi kelas digital marketing. foto: arya wiraraja
Monica Harijati Hariboentoro mengisi kelas digital marketing. foto: arya wiraraja
Lama melakoni penjualan konvensional, Monica Harijati Hariboentoro merasa belum puas. Dia pun meluaskan jaringan pemasaran roti untuk meningkatkan omzet. Sebelumnya, ia mengandalkan penjualan offline. Ikut pameran, jualan di mal, dan mendekati komunitas.

Mei 2015, Monic ikuti pelatihan internet marketing Pahlawan Ekonomi di Kaza City Mall. Yang mengajarkan tips dan trik jualan online. Awalnya, dia agak ragu. "Jualan beginian (online) mampu mendongkrak dagangan?"

Tapi apa salahnya dicoba. Toh, tidak ada yang rugi. Tidak ada potongan sepeser pun dalam transaksinya. Cukup menjadi admin kemudian meng-upload foto produk. Berikut memberikan penjelasan gambaran singkat produk yang ditawarkan. Hanya uang pembelian tidak langsung diterima. Butuh beberapa hari sebelum barang yang dikirim tidak ada komplain. 

Mulailah dia menjajal jualan online. Hari pertama, tak satu pun transaksi masuk alias kosong. Dia kembali melihat produk-produk yang sudah diposting. Barangkali ada kekeliruan kata atau gambar yang kurang pas. Juga berapa banyak orang yang telah melihat produknya. 

 Surprise didapati di hari kedua. Produk  cookies gluten menarik minat buyers. Ada empat kali transaksi sekaligus. Wow, tak perlu menunggu hitungan minggu rupanya. Dua hari setelah memposting produk , Monic sudah mendapat hasil. "Itu luar perkiraan saya sebelumnya."

Rasa skeptisnya pun berubah menjadi optimistis. Monic makin keranjingan jualan online. Ia sangat antusias dan makin rajin meng-upload produk di situs-situs e-commerce.

Digital marketing benar-benar mengerek hasratnya berbisnis. Satu demi satu produknya terbeli. Di setiap pengiriman barang, Monic selalu mengemasnya dengan rapi. Itu untuk memberi nilai tambah. Pembeli puas, kemudian repeat order.

 Tahun 2016, Monic benar-benar merasakan berkah. Omzetnya mampu tembus Rp 50 jutaan sebulan. Sebagian sudah disisihkan untuk membeli peralatan.

Monic tak berhenti berinovasi. Sebagai kunci agar bisnisnya langgeng. Ada membuat 70 varian dibuat. Salah satunya pastry yang dilabeli Surabaya Strudel. Jenisnya ada dua, original dan umum. Untuk original, strudel yang bagian kulitnya terbuat dari martabak. Isinya pisang, apel, daging yang digulung. Cara membuatnya dengan menggunakan oven.Sedangkan pastry umum terbuat dari tepung, gula, susu, mentega, shortening, baking powder, dan telur.

***

Bisnis kuliner yang dilakoni Monica Harijati Hariboentoro menginsipirasi keluarganya. Suaminya, Victor, yang sebelumnya bekerja di perusahaan properti, akhirnya terjun total membantu dia. Begitu pun dengan kedua anak mereka, Johanes Hadianto Hubert dan Joana Benrice Helga, juga kepincut berbisnis. 

Johanes merintis usaha kuliner, nasi remix. Yang berisi aneka ragam lauk-pauk seperti rolade daging sapi, ayam pop, kentang crispy dan tahu-tempe black pepper.

Sedang Johana fokus berjualan kue yang semua produknya bebas gluten (tanpa zat perekat). Produk-produk mereka juga lumayan laris dijual via online. 

Baik Johanes maupun Johana sama-sama tergabung dalam Pejuang Muda, wadah baru yang juga digagas Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Pejuang Muda ini mengambil pola yang hampir sama dengan Pahlawan Ekonomi. Hanya saja, Pejuang Muda diperuntukkan untuk anak-anak muda yang ingin berwirausaha, usianya di bawah 40 tahun. Sedang Pahlawan Ekonomi diperuntukkan mereka yang berusia di atas 40 tahun.

Saban pagi, rumah Monic selalu dikunjungi pembeli. Ada yang dikonsumsi sendiri, ada yang dijual lagi (reseller). Monic bisa memastikan tak ada retur penjualan seperti awal-awal menjual kue. Karena roti dijual dengan sistem beli putus.

 Tak hanya itu. Di rumah Monic juga kerap dikunjungi mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Surabaya. Mereka ingin belajar membuat kue dan clay. Monic selalu terbuka karena dasarnya dia senang berbagi ilmu.

Dia tak pernah pelit menularkan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki. Monic yakin dengan berbagi dia tidak akan mengalami kekurangan. Tidak akan miskin. Justru sebaliknya, Tuhan akan memberi ketercukupan dan tambahan ilmu bagi mereka yang bermurah hati berbagi. (agus wahyudi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun