Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bila Cak Sabar Merawat Kampung Lawas Maspati

11 Oktober 2019   17:43 Diperbarui: 13 Oktober 2019   14:06 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama Cak Sabar. Foto: Eko saputro

Akhirnya, saya bisa menemui Cak Sabar Swastono. Pendiri Kampung Lawas Maspati. Salah satu kampung heritage di Surabaya. Kampung yang jadi jujugan wisatawan. Baik domestik maupun mancanegara. Berbagai event internasional yang digelar di Kota Pahlawan acap kali menjadwalkan kunjungan ke kampung tersebut.

Kampung Lawas Maspati berada di tengah Kota Surabaya. Berdekatan dengan Tugu Pahlawan dan Pasar Turi yang legendaris. Kampung yang padat penduduk itu, dikenal memiliki banyak keunikan. Selain masih ada bangunan-bangunan kuno, warga di sana masih memertahankan warisan budaya Suroboyo. Berikut tradisi gotong royongnya.

Keunikan-keunikan  itu pada akhirnya mengatarkan Kampung Lawas Maspati meraih banyak penghargaan. Baik di level regional, nasional, maupun internasional. Banyak kepala daerah di Indonesia berkunjung di Kampung Lawas Maspati. Julukan pun keren: Kampung Seribu Penghargaan.    

Saya sengaja datang ke Kampung Lawas Maspati, malam hari. Sekira pukul 20.30 WIB. Karena saya ingin tahu denyut kehidupan di sana. Melihat dari dekat aktivitas warga.   

Di depan pintu masuk gang, saya melihat ada bangunan loket. Di atasnya tertulis "Tiket Masuk Rp 2.000". Rupanya, selain warga, mereka yang masuk di Kampung Lawas Maspati dikenakan biaya. Juga tersedia paket wisata sebesar Rp 2 juta.        

Rumah Cak Sabar sendiri hanya beberapa meter dari ujung gang. Tidak kelewat besar. Sekitar 6x15 meter persegi. Di depan rumahnya teronggok tanaman toga. Juga beberapa burung dalam sangkar, kerajinan, dan ukiran kayu.

Di dalam rumah terlihat sesak. Dipenuhi sofa, mesin jahit, vinyl, spanduk, poster, dan barang-barang lain yang sisa dari kegiatan di Kampung Lawas Maspati. Sementara di dinding rumah, tertempel banyak penghargaan yang telah dibingkai.   

"Masih banyak (pengharaaggan, red) yang belum saya pajang. Ruangannya gak cukup," begitu kata Cak Sabar, lalu tersenyum.

***

Perwakilan Unicef berkunjung ke Kampung Lawas Maspati. Foto: banggasurabaya
Perwakilan Unicef berkunjung ke Kampung Lawas Maspati. Foto: banggasurabaya

Ihwal lahirnya Kampung Lawas Maspati sejatinya dilandasi keinginan menghidupkan ekonomi warga. Ceritanya, Kampung Lawas Maspati berulang kali dinobatkan menjadi sebagai pemenang lomba. Kompetisi yang sering diikuti adalah Surabaya Green And Clean dan Merdeka dari Sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun