Kusadari akhirnya/Kerapuhan imanku/Telah membawa jiwa dan ragaku/ke dalam dunia yang tak tentu arah
Kusadari akhirnya/Kau tiada duanya/Tempat memohon beraneka pinta/Tempat berlindung dari segala marabahaya.
Oh Tuhan mohon ampun/Atas dosa dan dosa selama ini/ aku tak menjalankan perintahMu/Tak pedulikan namaMu/Tenggelam melupakan diriMu...
Oh Tuhan mohon ampun/Atas dosa dan dosa/Sempatkanlah aku bertobat hidup di jalanMu/Tuk penuhi kewajibanku/ Sebelum tutup usia kembali padaMu...
***
Tak banyak yang berubah. Buku bergambar snoopy berukuran 1216 cm. Sampulnya plastik utuh. Pelipit warna emas di tiap sudutnya masih menempel rapi. Hanya lembar di bagian dalamnya terlihat agak lusuh. Cyril yakin Alia sering membuka, menulis, dan membacanya.
Chyril tak menyangka Alia masih menyimpan buku harian yang nyaris ia lupakan tersebut. Enam belas tahun lebih. Buku yang ia berikan saat Alia berulang tahun ke-20. Ketika itu, Cyril membungkusnya dalam kertas koran yang tidak kelewat rapi. Di atasnya ia tuliskan kalimat pendek dengan spidol biru, "Buat Alia, dara manis yang selalu berpikir besar."
Dulu, buku harian itu dihadiahkan Cyril dengan satu harapan : Alia akan selalu mengenang dirinya. Menulis nama, cerita-cerita tentang kebersamaan mereka, atau menempelkan foto-foto dirinya.
Suatu ketika, Cyril pernah menggoda Alia. "Kira-kira, apa saja yang sudah kamu tulis, setelah sekian lama aku memberikanmu buku harian itu, Al?"
Alia masygul. Dia tak mungkin menjawab. Seperti halnya gadis-gadis lain yang mampu memoles ungkapan hatinya dalam kabut asmara. Hanya seuntai senyuman yang meluncur dari bibir Alia. Jawaban non verbal itu pun sudah teramat cukup bagi Cyril. Meski ia terus berkubang dalam keingintahuan.
Memori itu kini berbekas di mesin otak Cyril. Gadis manis begigi gingsul. Pemilik mata lentik nan lincah. Kebersahajaan dalam bertutur. Tangan yang tak pernah diam bila berkehendak. Hati yang gampang luluh melihat penderitaan kaum papa.
Cyril makin asyik membacanya. Cerita di kampus. Sewaktu anak-anak fakultas kedokteran rebutan mendapat fotokopian makalah. Kali pertama Cyril melihat Alia yang datang tergopoh-gopoh. Dengan napas terengah-tengah serta mengusung tas ransel hitam di lengannya. Cyril tak sadar matanya terus menajam, memerhatikan gadis tersebut.
Melihat kedatangan Alia yang kebingungan, Cyril pun berlagak bak sinterklas. Ia berikan foto kopian makalah yang ia peroleh lebih dulu. Alia tersipu menerimanya. Tak kuasa menolak. Di antara kebutuhan dan keterkejutan atas kebaikan Cyril. Kala itu, Cyril tak minta imbalan. Hanya minta diberi nomer telepon seluler Alia.
Rentang waktu tak kelewat jauh. Rumah Alia didatangi kurir, mengantar bunga mawar putih. Dalam selendang yang dilipatkan di tangkainya, tertulis pesan singkat: