Demo tahun 1998 hampir serupa. Hanya, ada banyak cara yang diekspresikan mahasiswa dalam unjuk rasa. Menggelar teatrikal jalanan, mimbar bebas dengan mendatangkan banyak tokoh, pengadilan rakyat, doa bersama, dan masih banyak lagi. Lantaran aksinya, tak sedikit mahasiswa 1998 harus berbenturan dengan aparat keamanan. Â
Suatu ketika, mahasiswa Surabaya melakukan aksi yang berani. Mereka akan di kawasan dekat Kodam V/Brawijaya. Kabar demo tersebut menyebar. Aparat keamana pun siaga. Ketika demo berlangsung, ada puluhan mahasiswa yang ikut aksi tersebut. Tepat di ujung pintu masuk kawasan Kodam V/Brawjaya sudah diblokade.
Mahasiwa terus beraksi. Selain membentangkan spanduk, juga meneriakkan yel-yel tuntutan reformasi. Sekitar setengah jam berlangsung, aksi dikejutkan dengan kedatangan truk yang mengangkut peralatan sound system. Perkiraan saya, sound system tersebut berkekuatan 5.000 watt.Â
Awalnya, mahasiswa tidak perhatian dengan truk tersebut. Namun, saat suara menggelegar terdengar, mahasiswa mulai bingung. Pasalnya, aparat keamanan sengaja memutar lagu-lagu dangdut. Suaranya sangat keras. Saking kerasnya, orasi mahasiswa yang hanya pakai megaphone tak terdengar.
"Ayo cak, joget. Haaa eee..." begitu suara petugas berbicara dengan mic dalam truk, lalu tertawa riang.
"Sialan. Opo iku e. Matikan..." teriak mahasiswa.
"Ohh pancen jancxxx..." (gak diperjelas. misuh Suroboyoan)
Suara dari sound system terdengar makin keras. Sementara suara mahasiswa makin tenggelam. Nyaris tak terdengar. Mahasiswa terdiam. Memandang penuh amarah di hadapan aparat keamanan. Demo pun tak berlanjut. Mahasiswa ngeloyor pergi sambil mengacungkan jari tengah ke arah aparat. (agus wahyudi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H