Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Insomnia

27 Agustus 2019   10:31 Diperbarui: 4 September 2019   12:27 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti sebuah siklus yang terjadi sepuluh tahunan. Kegersangan hati kembali mendera. Kecemasan yang berat. Perasaan waswas yang hadir tanpa sebab. Menyesak ke relung hati teramat dalam. Membelenggu batin yang teramat menyiksa.

Berada di antara kenyakinan, lamunan, dan kenyataan. Bayang-bayang minor menyeruak. Berkelibatan, merangsek menusuk dalam alam bawah sadar. Menjejal dalam genangan mimpi-mimpi buruk. Mengganggu kesenyapan malam yang membuat terjaga dalam tidur.

Darwis tiba tiba tersadar. Hari keempat di bulan Rabi'ul Awal. Masih dengan perasaan dan pikiran yang nyaris sama seperti hari-hari sebelumnya. Entahlah, sudah berapa butir pil chamomile yang ditelan, namun tak membuat jenak. Matanya berasa terganjal cemeti.

Jantung Darwis mendadak berdegup keras. Napasnya berasa agak sesak. Keringat dingin mengembun, lalu menggelontor sekujur tubuh. Kaus putih macbeth yang dikenakan pun berubah rada gelap. Dia melirik kedua kakinya, bergemetaran.

Darwis berupaya menghadang ketegangan. Sejenak, dia mendiamkan diri. Mencoba memusatkan pikirannya dengan membayangkan hamparan sawah nan hijau. Berimajinasi duduk menyendiri di batu besar memandangi ombak lautan yang menggelegar.

Beberapa saat berlalu, ia lantas tanggalkan selimut yang membalut tubuhnya. Diraihnya sebotol air mineral yang teronggok di meja. Tangannya cepat memutar tutup botol, lalu menuangkan ke dalam gelas kaca. Gelontoran air mineral membasahi tenggorokan. Sesaat, cukup meredam kekalutannya.

"Kamu mimpi buruk lagi, sayang?" suara parau Virta cukup mengejutkan Darwis.

"Apa lagi yang kamu pikirkan, Mas? "Kembalilah tidur, sayang," ajak Virta seraya meraih tangan Darwis. 

Darwis merespons dingin. Dia memilih gak berucap sepatah kata pun. Hanya menatap lekat perempuan berdarah Manado-Belanda itu, lalu menggelengkan kepala.

"Bukankah hari ini kamu pantas bahagia, Mas. Project barumu di Australia dan Kanada itu dipastikan running, kan?  Banyak tuh yang mengapresiasi," ucap Virta, meyakinkan.

Perempuan yang telah menemaninya sebelas tahun itu beranjak mendekat. Mencoba menghibur Darwis yang murung. Diraihnya Apple Iphone 7 yang tergeletak di lipatan bantal. Ia buka WAG. Ia bacakan sejumlah komentar temannya. Juga sebaran link beberapa portal online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun