Ketua/Wakil DPR “Idiot atau Dungu”?
Bisa ya bisa tidak. Bagaimana caranya ia bisa hadir di sebuah konferensi pers seorang calon terdepan capres dalam proses nominasi Partainya? Tidak tahu atau tidak paham. “Bukan begitu, kami sebagai pengusaha yang sudah saling kenal, apa salahnya berkunjung (kalimat yang dilontarkan dalam bentuk pertanyaan tersebut, terjemahan bebas dari kalimat aslinya: “braaat...breeeet....brrroooot...ciiiiuuuut...brrroooott...brrrebeeet brrrebeeet brrrebeeet...ssshhhhhhiiiiiiit....prepeeeet...pesssshhh...breeeet...prepeeet...crit!)?” Sepertinya mengalami delusi; Idiosyncratic belief. “Sebagai orang timur sudah seharusnya kita bersilaturahim (kalimat yang dilontarkan dalam bentuk pertanyaan tersebut, terjemahan bebas dari kalimat aslinya: “braaat...breeeet....brrroooot...ciiiiuuuut...brrroooott...brrrebeeet brrrebeeet brrrebeeet...ssshhhhhhiiiiiiit....prepeeeet...pesssshhh...breeeet...prepeeet...crot!)?” Mungkin kurang mengerti dan paham dengan apa yang disebut dengan Political Ethic. “Kita kan orang Indonesia, yang dikenal santun, jadi ya wajar saja bersilaturahim (kalimat pertanyaan tersebut terjemahan bebas dari kalimat aslinya: “braaat...breeeet....brrroooot...ciiiiuuuut...brrroooott...brrrebeeet brrrebeeet brrrebeeet...ssshhhhhhiiiiiiit....prepeeeet...pesssshhh...breeeet...prepeeet...crit!)? Cognitive Dissonance. “Kami sudah dapat izin dari ketua partai kok, apa salah (kalimat yang dilontarkan dalam bentuk pertanyaan tersebut, terjemahan bebas dari kalimat aslinya: “braaat...breeeet....brrroooot...ciiiiuuuut...brrroooott...brrrebeeet brrrebeeet brrrebeeet...ssshhhhhhiiiiiiit....prepeeeet...pesssshhh...breeeet...prepeeet...crot!)?” Tidak, hanya saja kalian tidak ada bedanya, atau bapak kencing berdiri anak kencing berlari. “Kami hanya diminta/meminta atau mohon/dimohon, merupakan fasilitas/difasilitasi, untuk bertemu Capres tersebut, apa salah (kalimat yang dilontarkan dalam bentuk pertanyaan tersebut, terjemahan bebas dari kalimat aslinya: “braaat...breeeet....brrroooot...ciiiiuuuut...brrroooott...brrrebeeet brrrebeeet brrrebeeet...ssshhhhhhiiiiiiit....prepeeeet...pesssshhh...breeeet...prepeeet...brocot!)?”
Jika seorang PARASIT, dengan perilaku PARASITIK penghisap NUTRISI Negeri (Greedy Crook Capitalist “dung of the devil - kotoran iblis; Paus Fransiskus), bisa mengendalikan kalian, kami (rakyat) harus memberi julukan apa pada kalian sebaiknya?! “Schizophrenics atau Idiot atau Dungu”, mana lebih cocok?
“FAKTANYA KALIAN KETUAWAKIL DAN ROMBONGAN DPR PERGI MENGGUNAKAN FASILITAS NEGARA DENGAN BIAYA DAN ANGGARAN YANG BERASAL DARI UANG SELURUH RAKYAT INDONESIA, TITIK!”
Kesimpulan; Bayangkan jika seluruh anggota DPR di gedung DPR berbicara melalui “Big Fat Ass” nya yang berada dikepala, dengan cara mengeluarkan “Gas Alam” , maka letusan besar berasal dari “Gas Alam” yang mereka muntahkan, akan meluluh lantakan gedung DPR beserta isinya dan meracuni anak bangsa. Beruntung masih ada patung-patung digedung DPR yang bertahan sehingga gedung tersebut tidak meletus. Patung di gedung DPR tersebut tidak dapat berbicara atau mengeluarkan “Gas Alam”, jadi paling tidak mereduksi daya ledak. Mereka hanya duduk termangu, kadang tercengang dan keheranan melihat perilaku rekan kerjanya, atau mungkin mereka hanyalan Ignorance (Ignorance merupakan sebuah kekuatan besar bagi para culprit), yang kebetulan menjadi anggota DPR. Sementara anggota lain menyenangi dan menikmati “ Suara dan Gas Alam Beracun”. Hai kalian Bung Patung di Gedung DPR! Einstein mengatakan:
“The world will not be destroyed by those who do evil, but by those who watch them without do anything”
Kembali lagi ke skandal Ketua/Wakil DPR. Apapun sebutan kalian untuk mereka, semua legal! Tepat atau tidak, pantas atau tidak, etis atau tidak etis, keterlaluan atau tidak, bergantung pada siapa yang mengatakan dan sejauh mana daya nalarnya dalam menaggapi skandal Ketua/Wakil DPR. Perkataan apaun julukan/makian apapun, tetap saja legal. KARENA MEREKA PERGI DENGAN FASILITAS NEGARA DAN DI GAJI MENGGUNAKAN UANG KITA SEMUA, RAKYAT INDONESIA. Jangan ada toleransi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H