Ada kebiasaan buruk Pihak Kepolisian di Dunia Barat, ketika panik karena tuntutan masyarakat, mereka menggunakan atau mencari “Korban Kambing Hitam a.k.a Patsy”. Apakah anda tahu Pembunuh atau Penembak Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy? Jawabnya, penembak tunggal bernama Lee Harvey Oswald. Salah! Berita penetapan tersangka resmi itu memang dipertahankan selama puluhan tahun. Penelitian terackhir mengungkap, bahwa ada 8 Sniper dari berbagai penjuru, dan pembunuhan itu sendiri merupakan sebuah Konspirasi Politik yang sangat kompleks, dengan tersangka utama Presiden/Wakil Presiden Amerika Serikat Lindon B. Johnson.
L.H Oswald, ketika diwawancara mengatakan “Saya hanya korban, dijadikan Kambing Hitam; I’m just a Patsy!”, lalu ia dibunuh. Tidak berbeda dengan pembunuhan Senator Robert F. Kennedy, menggunakan korban Kambing Hitam, atas nama Sirhan Bishara Sirhan (MK-Ultra?). Kemudian Edward Kennedy, pesawatnya disabotase, namun ia selamat sementara penumpang lainnya meninggal, kambing hitam? Cuaca. Juga putra mendiang Presiden AS John F. Kennedy, yang bernama John F. Kennedy Jr., “Cuaca dan Keteledoran” sebagai Kambing Hitam. Tragedy mendiang Putri Diana (Inggris), Kambing Hitam? Sopir kendaraan pribadi yang terlalu banyak mengkonsumsi alkohol.
Semua kasus tersebut di atas, terbongkar oleh para Peneliti dari berbagai Universitas dan Peneliti Independen, menggunakan metoda “Connecting the Dot’s” dan penelusuran waktu (jam, menit, dan detik) a.k.a Timeline. Kesimpulannya, tragedi yang terjadi sudah terencana atau direncanakan sebelumnya (Conspiracy Plot) . Oleh karena ketidak mampuan Pihak Berwenang dan Kepolisian untuk menindak sang Dalang, maka mereka mencari korban sebagai Kambing Hitam, dijadikan penampung muntahan kemarahan masyarakat. Pihak kepolisian pun terhindar dari cercaan, Sang Dalang berkuda di Ranch nya.
Apakah Pihak Kepolisisan negeri ini akan menggunakan Kambing Hitam untuk menutup Kelemahan dan Ketidak Beranian untuk membongkar Dalang penembakan di ESDM? Kita belum bisa memvonis apapun, karena yang mereka hadapi adalah sebuah kejahatan berantai yang akan membawa banyak pihak ke meja hijau. Tapi yakinlah mereka tahu apa yang mereka harus kerjakan dan laksanakan, hanya sistem yang membelenggunya. Mereka tahu, dan masyarakat kebanyakanpun tahu, dimana lokasi para “Don Corleone” Mafia Migas dan Greedy Crook Capitalist berada saat ini. Bahkan BAIS, BIN, dan badan intelijen lainnya, mengetahui secara tepat dimana lokasi tempat tinggal, berkantor, menggunakan kendaraan apa sehari-hari, dan apa saja yang mereka komunikasikan setiap detiknya. Juga, aktivitas seluruh keluarga besar para Mafia Migas dan Greedy Capitalist, mulai dari istri, anak, paman, keponakan, mantu calon mantu, semua. Pertanyaan besarnya, apakah presiden berani mengambil sebuah keputusan untuk membentuk Unit J.S.O.C? Mudah-mudahan sudah dibentuk, karena tidak perlu dipublikasikan.
Sudah seharusnya Presiden Jokowi berani mengambil sebuah keputusan yang mungkin kontroversial dengan membentuk Unit J.S.O.C, karena ia tidak mempunyai beban sama sekali. Beban terberatnya adalah bertanggung jawab kepada Rakyat dan Negeri Pertiwi. Presiden tidak memiliki beban, karena ia sampai detik ini masih menggunakan dan memakai baju yang bersih tidak ada noda, bernoda, atau ternoda. Yang diperlukan adalah kesadaran politiknya, karena kinerja peradilan dan aparatnya kurang bisa diharapkan untuk menuntaskan dan menetralisisr para kriminal tersebut di atas. Oleh karenanya ia harus memberi kesempatan bagi orang yang benar-benar ingin dan mampu melumatkan mereka, dengan membentuk unit J.S.O.C. Bukankah TNI 8 kali berturut-turut menjadi juara umum di Australia? Peradilan dan para aparatnya mungkin buta atau dibutakan, namun percayalah, Keadilah bisa melihat dengan jelas sekalipun dalam Gelap.
Mari kita tunggu dan lihat selanjutnya, apakah kita akan menyaksikan “Don Corleone” Mafia Migas dan Greedy Crook Capitalist, ditangkap dan dibawa ke meja hijau atau “bergelimpangan” di pinggir jalan layaknya “dung of the devil a.k.a kotoran iblis”?
“JUSTICE MAY BE BLIND, BUT IT CAN SEE IN THE DARK” - Judge Nicholas Marshal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H