Mohon tunggu...
Agus Tulastyo
Agus Tulastyo Mohon Tunggu... lainnya -

Praktisi periklanan, Pengamat media, Peneliti. "All Truth passes thru three stages: First, it is ridiculed. Second, it is violently opposed. Third, it is accepted as self-evident." - Arthur Schopenhauer; German Philosopher

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penembakan di ESDM, Peringatan? Ini Jalan Keluarnya: “Dark Justice” dan J.S.O.C

13 September 2015   15:04 Diperbarui: 13 September 2015   16:22 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Jokowi harus tetap hati-hati terhadap orang-oran yang dianggap dan menganggap dirinya Inner-circle. Faktor kepentingan kelompok, dominasi korporasi, dan hegemoni adalah agenda besar orang-orang tesebut. Mereka menginginkan Negeri ini berada di telapak tangannya, sehingga mudah untuk dikontrol dan dikendalikan. Masih ingatkah kita pada pernyataan seorang tokoh PDIP yang disegani, KWik Kian Gie. Namun tidak disukai oleh “Black Corporation”, baik yang berada diluar dan di dalam, mendukung atau pesaing patai tersebut? Tidak baik  bagi perjalanan dan pembangunan negeri ini, jika “9 Tai-pan” dan grup korporasinya mendominasi dan mengendalikan pemerintahan, demokrasi akan bermetamorphosis menjadi Fascism. Bagaimana mereka melakukan penyusupan dan menguasai informasi dari dalam Istana? “Democracy can Buy”, ya...titik lemah demokrasi adalah pada orang-orang yang mudah dibeli dengan uang, dan bagi “9 Taipan” uang bukan sebuah masalah besar, Rp 100M-200M is a peanuts. oleh karena itu mereka menanam orang; Sleeper Agent (Rat).

Untuk meng-ELIMINASI segala RESIKO yang akan dihadapi Negeri dan Pemerintah, oleh karena harus ada jalan keluar bagi perilaku “dung of the devil” atau Greedy Crook Capitalist. Jalan keluarnya dengan cara EXTERMINATION!!! WITH NO MERCY!!! Bagaimana caranya dan menggunakan apa? Presiden harus membentukan badan khusus dibawah komando dan hanya menerima perintah darinya. Keberadaan badan tersebut hanya diketahui oleh Panglima, KSAD, KSAL, KSAU, dan KaPolri. Badan tersebut adalah Joint Special Operation Command a.k.a J.S.O.C, dipimpin seorang Jendral bintang empat. Satuan Khusus ini hanya terdiri dari 7 Prajurit Para Komando sebagai “Field Ops”, 3 orang Rat Techie Agent, 2 Sipil (Quick-Witted Techie Hackers), didukung satu unit “SIGINT; Signal Intelligence”. Unit ini akan megintersep dan memonitor “9 tai-pan dan tai-pan lainnya ” serta para “Don Corleone”, kemanapun mereka pergi dengan menggunakan apapun, berbicara dan membicarakan apapun. Unit pendukung ini berada di “Command Center” yang lokasinya hanya diketahui oleh Presiden, Panglima dan KaStaf tiga Angkatan dan KaPolri. Dilengkapi peralatan teknologi terbaik.

“There never was any party, faction, sect, or Cabal whatsoever, in which the most Ignorant were not the most violent; For a bee is not a busier animal than a Blockhead.” 

- Alexander Pope, 1688-1744; 18th-century English poet, best known for his satirical verse.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun