PROPAGANDA memberikan, membentuk, dan menyajikan opini,
melalui proses “manufaktur” yang ditujukan bagi
KELOMPOK NAIF (Unthinking Herd).
Dekomposisi Demokrasi
Untuk menuju dan menjadi salah satu negeri penganut sistem demokrasi, rakyat Indonesia beberapa kali menelan pil pahit; Pertama, periode penjajahan, berujung revolusi kemerdekaan; Kedua, periode kemerdekaan dibawah Bung Karno, disusul kudeta oleh Suharto; Ketiga. periode pemerintahan opresif dibawah kepemimpinan Suharto; Keempat, periode dimana demokrasi tumbuh dan berkembang dengan subur; Setiap individu dapat mengekspresikan segala kemampuan dan keahlian secara bebas, mengkritik penguasa bukan lagi hal yang tabu, karena dipayungi dan dilindungi secara hukum berupa undang-undang. Demokrasidi dan kehidupannya diraih oleh rakyat Indonesia melalui proses perjalanan sejarah cukup panjang, mengagumkan dan membanggakan. Hanya dalam kurun waktu kurang dari satu abad negeri ini tercatat sebagai salah satu negeri paling demokratis terbesar didunia, dan menjadi model bagi negara lain.
Walaupun demikian, demokrasi bukanlah kata-kata yang mudah untuk diwujudkan kedalam satu bentuk kehidupan bernegara. Abraham Lincoln mengatakan “Democracy is the government of the people, by the people, for the people”, ia mengatakan hal yang amat sangat ideal dalam kehidupan berdemokrasi. Tapi, mengapa saat ini Amerika Serikat mengalami titik balik dalam kehidupan berdemokrasi...?”. Jawabannya, “GREED”. Korupsi, keserakahan dan haus kekuasaan adalah penyebabnya; Dan mainstream media memainkan peranan yang sangat signifikan untuk membantu memuluskan proses dekomposisi demokrasi di negeri Uncle Sam itu. Rakyat Amerika Serikat mengalami kekalahan besar paska tragedi kontroversial 9/11.
Apakah peristiwa yang dialami oleh rakyat Amerika akan dialami oleh rakyat Indonesia...?
Percepatan pertumbuhan proses demokrasi di negeri ini tidak seiring dengan percepatan pertumbuhan tingkat edukasi masyarakat, jadi segala kemungikan bisa saja terjadi, bahkan menjadi negeri fasis yang berkedok demokrasi. Indikasi kuatnya sudah terlihat dan dipertontonkan. Dimulai dari pemilu Legislative hingga sekarang pemilihan Presiden tahun ini. Betapa banyak kelompok masyarakat yang mudah dibeli suaranya oleh politisi. Saling tekan antar kelompok pendukung dengan menggunakan ancaman atau perilaku anarkis. Kampanye hitam, melalui media tertentu. Media massa yang berpihak kesalah satu kandidat , dan masih banyak lagi indikasi lain yang mengarah pada dekomposisi demokrasi.
Penyebab utama dekomposisi demokrasi terdiri dari empat kategori: Pertama, kesiapan masyarakat untuk hidup dibawah rejim demokrasi, dalam hal ini tingkat pendidikan; Kedua, rejim pemerintahan yang bekerjasama dengan kelompok “Bonapartism”, melalui pemberian “pakta impunitas” bagi para elit pada masa rejim diktator; Termasuk didalamnya menghapus atau menutup-nutupi pelanggaran, penyimpangan yang dilakukan mulai dari proses pengambilan dan pembuatan kebijaksanaan pemerintah dibidang politik dan ekonomi , hingga pelanggaran HAM; Ketiga, jual beli kekuasaan antar elit politik dan partai, yang berkolaburasi dengan pengusaha; Keempat, media massa yang melupakan pakta sosialnya karena hanya dimiliki oleh segelintir orang, mendukung, serta berpartisipasi dalam menutupi sisi suram, dosa para politisi, dan penguasa. Bahkan mendorong mereka kembali memimpin pemerintahan.
“The media’s the most powerful entity on earth.
They have the power to make the innocent guilty