Mohon tunggu...
Agus Tulastyo
Agus Tulastyo Mohon Tunggu... lainnya -

Praktisi periklanan, Pengamat media, Peneliti. "All Truth passes thru three stages: First, it is ridiculed. Second, it is violently opposed. Third, it is accepted as self-evident." - Arthur Schopenhauer; German Philosopher

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Blowback...!!!

26 Agustus 2014   17:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:31 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama beberapa miggu kebelakang, dan tepatnya tanggal 21/8/2014 seluruh rakyat indonesia disuguhkan oleh sebuah pertarungan politik - tentu tidak lagi berdesakan dirumah tetangga untuk melihat acara langsug persidangan di layar kaca - perebutan kursi RI-1 antara the swarmer-boxer dan the out-boxer style, yaitu Prbowo“The Swarmer” subianto dan Joko“The Out-Boxer” Widodo. Setelah mencermati kisah di atas dan pemberian nick name pada masing-masing petarung yang menginginkan kursi presiden, gaya para petinju di atas terasa sangat tepat bagi mereka berdua. Lucunya kisah kedua cerita di atas benar-benar memiliki kemiripan. Bedanya Frazier menerima kekalahan atas keputusan juri yang memberikan kemenangan secara mutlak pada Muhammad Ali, sementara Prabowo“The Swarmer-Boxer”Subianto tetap tidak menerima keputusan Mahkamah Konstitusi atas penolakan seluruh gugatan secara Unanimous (mutlak; ke 9 hakim seluruhnya menolak gugatan), yang berarti pula memberikan pengesahan secara penuh atas kemenangan Joko”The out-boxer” Widodo. Namun Kubu Prabowo tetap akan melakukan gugatan berbeda melalui institusi pemerintah yang lain. Pertanyaan besarnya, apakah akan memberi dampak pada putusan MK? Tidak, sama sekali, semua usaha akan sia-sia, membuang-buang energi serta materi, hanya memenuhi nafsu syahwat para pengacara - dan beberaoa oligarch - yang ingin mendapat kampensasi lebih besar jika memenangkan gugatan. Padahal, mungkin Prabowo”The Swarmer”Subianto sudah menyadari dan menerima penolakan MK, atas seluruh gugatannya.

Beyond a reasonable doubt

Sebenarnya kelemahan dan kesalahan Prabowo”The Swarmer-Boxer”Subianto terletak pada manajemen perekrutan dan pembentukan Task Force (seperti halnya partai lain). Kelemahan-kelemahan ini dibuktikan dengan penunjukan Rob Allyn sebagai penasihat kampanyenya; Dan sepertinya konsep kampanye yang disodorkan adalah pengulangan konsep kapanye gaya amerika yang langsung diterapkan. Rob Allyn sendiri tidak melakukan apa-apa terkecuali hanya mengulang pekerjaan yang pernah ia lakukan untuk kliennya, dan dipercaya sangat manjur oleh rob dan timsukses Prabowo. Seluruh konsep kampanye Rob sendiri sepertinya langsung diterapkan dan hanya sedikit menyesuaikan disana-sini, tanpa melakukan pendalaman dengan melakukan riset terlebih dahulu,  akibatnya adalah “BLOWBACK”.

Apabila gaya kampanye politikus Indonesia ditangani oleh PR Agency dari Amerika dijamin tidak akan pernah berhasil dinegeri ini, dinegaranya mereka didukung penuh oleh undang-undang kebebasan berbicara “Freedom of Speech”, serta tingkat edukasi masyarakat yang sudah mapan. Jadi walaupun salah satu kandidat menjatuhkan/menjerumuskan lawan dengan cara-cara Sarcastic dan Cynical, Pejorative, Derogatory, Manipulative, Slander, Spin, Mockery, dan sebagainya, rakyat Amerika akan menanggapinya secara rasional tanpa harus melakukan intimidasi atau tindakan anarkis antara kubu yang satu ke kubu lainnya, sehingga negara tidak akan pernah menghadapi ancaman perpecahan.

Konsep kampanye Kubu capres No.1 “Pure Rob Allyn Campaign Style”. Gaya manipulatif dan derogatory, melalui serangan bertubi-tubi dengan menggunakan data statistik yang dipabrikasi, hingga Black Campaign dan Manufacturing Consent , semua berbasis pada kebohongan yang merupakan jiwa raga Propaganda.  Apakah gaya kampanye ini efektif...? Tentu, kita telah melihat faktanya, dengan bantuan kolompok “Presstitute Media”  yang tanpa malu-malu mempertontonkan seluruh isi perut dan karakter “kepelacuran”nya, hampir saja kemenangan diperoleh oleh kubu ini; Siapapun boleh memenangkan sebuah pertarungan politik, hanya saja harus melalui cara-cara yang sesuai norma-norma kehidupan budaya, dan tata krama yang dianut oleh bangsa ini. Sehingga tidak mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Tetapi sebaliknya, memberikan pendidikan politik dan menjalankan tatacara berdemokrasi yang baik dan santun.

“Setelah Keputusan Mahkamah Konstitusi dikeluarkan, dan MENOLAK SELURUH GUGATAN kalian, reputasi kalian akan sulit untuk dibangkitkan kembali. Karena dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi, seluruh hakim UNANIMOUSLY telah menyatakan apa yang kalian katakan kecurangan tidak terbukti secara hukum; Beyond a Reasonable Doubt. Berarti kalian telah MEMPERDAYA KAMI SELURUH RAKYAT INDONESIA. Berhentilah melakukan agitasi dan propaganda, jangan menambah luka pada rakyat bangsa ini.”

A fact is a simple statement that everyone believes. It is Innocent, unless found guilty.

A hypothesis is a novel suggestion that no one wants to believe.

It is guilty, until found effective.

- Edward Teller

Blowback!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun