Ini adalah pernyataan seorang Nasionalis yang visioner. Pernyataan ini menunjukan, kekokohan sikap dan prinsip bahwa MKP Susi Pujiastuti pasti akan mengambil sebuah keputusan yang sangat berani dan dan dramatis. Harus diacungi jempol. Dari pernyataan ini pula, kita mendapatkan gambaran sang menteri berani memertaruhkan segalanya untuk melawan negara-negara para kriminal yang akan merasa tidak suka akan sikap tegas yang ia lakukan. Disisi lain, ungkapan sang “Lionhearted” juga menegaskan bahwa ia tidak berdiri sendiri atau sendirian, kali ini yang akan mereka hadapi adalah bangsa Indonesia dengan segenap kekuatannya. Jadi jika memang harus berperang melawan Malaysia atau Singpura, Philipina, Australia, atau negara manapun, tidak menjadi masalah dan yakin rakyat Indonesia akan mendukung sepenuhnya. Benar sekali...!!! Bahkan sudah ada yang menunggu kapan waktunya Deployment (seperti penulis).
Ya..! ada yang mengatakan “...Persenjataan kalah banyak dan tidak canggih...”, mereka ini orang-orang bermoral/mental rendah serendah-rendahnya. “How DARE you...!!!. “Kan ada dilaporan arsip resmi mereka, di webste juga ada..?” “That’s we call it PROPAGANDA...!!! Saya katakan, kalau perlu kuantitas setiap persenjataan mereka yang tertera di website, kita tambah angkanya DARI SINI dari Jakarta. Bagi anda yang kurang “PeDe” pada kekuatan Republik, anda harus berkaca dan melakukan Backward Time Travel membalik memori kebelakang menengok sejarah. Bagaimana kehebatan Gajah mada, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dapat mengalahkan Tentara Kulit Putih dari dua negara dengan senjata moderen melawan rakyat bersenjata bambu, serta kehebatan diplomasi Pendiri Bangsa. Presiden Obama mengatakan “ Kekuatan Amerika sejatinya bukan terletak pada senjata atau tentara, tetapi pada rakyatnya...!!!.” Hampir sebagian besar Negara Asean merdeka karena pemberian, kecuali NKRI dan Vietnam. Berapa juta nyawa untuk membebaskan negeri ini dari TIRANI. Hal ini juga yang memberi keyakinan sang “Lionhearted” MKP Susi Pudjiastuti. Bahkan jika pemimpin negeri ini mau dan memiliki nyali, hanya dalam 6 bulan negara tetangga yang dikatan memiliki persenjataan lebih banyak dan canggih, akan bertekuk lutut, saya katakan lagi :”Hanya perlu waktu 6 bulan perancangan strategi, 6 minggu penyerangan”. Hanya orang Dungu dan Bermoral/mental lebih rendah dari segala ciptaan Allah SWT, yang mengatakan kita akan bertekuk lutut. Mereka yang akan bertekuk lutut, Camkan...!!!.
Orang-orang yang mengatakan hal rendah tersebut di atas, adalah orang bayaran dari negara-negara yang takut jika bangsa ini mengambil sikap tegas, mereka menjual diri dibeli untuk mengatakan hal itu, termasuk Media Massa “Pelacur” dan pengamat. Bukan kita tidak realistis dengan persenjataan yang kita miliki, perang bukan melulu bergantung dan bertumpu pada banyak dan canggihnya senjata. Sudah terbukti di Negeri Pertiwi ini.
“...Kan tidak boleh kedaulatan dilecehkan oleh negara(lain)."
“That’s the final Thunderstorm”, membuat dada berdebar, badan bergetar, dan perasaan gusar. Kita sudah seringkali dilecehkan negara tetangga, namun gaya kepemimpinan Pacifist yang mengindoktrinasi setiap pemimpin Negeri Pertiwi, membuat mereka besar kepala. Kata-kata “...bisa dibeli...” yang dilontarkan dalam statement menlu “Braveheart” Retno Marsudi, sangat mengganggu dan menyedihkan. Negara tetangga memang sudah sedemikian rupa melecehkan, satu negara tetangga mengekspor teroris dan sempat memporak porandakan negeri, para pemimpin keberatan dan tidak pernah mengambil sikap tegas; “Tidak baik karena tetangga adalah negeri serumpun”. Satu negara tetangga lagi menjadi save haven country bagi para konglomerat hitam dan poli-tikus koruptor/kriminal menyimpan barang hasil jarahannya. Oleh sebab itu, kita tidak pernah mengambil sikap politik tegas lugas dan memberikan pembelajaran terhadap negara-negara tersebut.
“Pacifism is a shifty doctrine under which a man accept the benefits of the social group, without being willing to pay - and claims a halo for his dishonesty.”
- Robert A. Heinlein
Inti dari doktrin Pacifism adalah, segala kekerasan dalam bentuk apapun tidak dapar di benarkan, dan kesalah pahaman dimecahkan melalui cara damai; Semua itu hanya propaganda, karena perdamaian dan konflik tercipta berdasarkan konteks apa yang sedang terjadi. Memang pacifism harus diletakan pada konteks yang benar dan tepat, jika tidak maka akan sangat merugikan dan dapat menyengsarakan rakyat negeri, dan hanya menguntungkan sedikit “elit politik dan konglomerat hitam”. Hampir seluruh perjalanan negeri ini dipimpin oleh orang yang berpegang pada doktrin Pacifism, terkecuali satu pemimpin: Bung Karno. Bukan rakyat ini tidak memiliki sifat-sifat kedamaian dan perdamaian, justru rakyat sebagai pemilik bangsa ini memiliki karakter dasar perdamaian, baca buku antropologi sosial tentang negeri ini. Pada dasarnya rakyat negeri meletakan Pacifism selalu pada konteksnya, jika dalam konteks melecehkan kedaulatan bangsa, maka gerakan rakyat akan sulit dihambat. Contoh: Kasus Ambalat, dari Aceh hingga Papua rakyat berduyun-duyun menorehkan darah dan mendaftar sebagai relawan, rela bertempur mempertaruhkan jiwa raga demi membela kedaulatan negeri. Siapa di dunia ini yang berani dan dapat menandingi kekuatan seperti ini...??? Tidak ada, titik. “Siapa bilang begitu...itu arogan dan terlalu percaya diri, sekejap kita akan hancur lebur oleh kekuatan negara superpower...!!!”. Jawabnya, coba saja mereka terang-terangan menyatakan perang dengan NKRI, memang kita akan dilumat secara materi, tapi apakah kita tidak bisa membalas dan melumatkan mereka...??? Bisa, titik.
Ya efek pacifism terhadap para pemimpin sampai saat ini memang masih sangat efektif, akan lebih efektif lagi apabila mereka sukses membuat generasi muda menjadi “Generasi Dungu/Dumbest Generation”; Proses berlangsung melalui tayangan program Media Massa khususnya Media Televisi. Tayangan gencar Pop-Culture/Entertainment fokus pada budaya Consumerism dan Pleasur-ism, akan dapat merubah karakter generasi muda secara perlahan tapi pasti. (artikel: “Penciptaan Generasi Dungu”)
Kesimpulan dari semua uraian adalah mari kita dukung apa yang menjadi kerja kedua menteri super ini. Keduanya adalah karakter pemimpin yang kita inginkan. Sudah seharusnya kita menyadari keadaan yang dihadapi bangsa ini khususnya dalam konteks kelautan dan perikanan, serta pelecehan yang dilakukan oleh negara tetangga.
Catatan;
- Jika ada pengamat/ahli perikanan dan kelautan, dan politik serta Presstutute Media/Pelacur Media, dengan komentar dan pembentukan opini yang berusaha mendegradasi, Derogatory, Mockery, Slander, Bias terhadap pernyataan dan keputusan kedua Menteri Perempuan “Braveheart” dan “Lionhearted”, mereka memang para budak yang dibayar untuk menjatuhkan, bukan hanya dua menteri tapi juga kredibilitas pemerintah. Mereka tidak lebih dari Pengkhianat Rakyat, Bangsa dan Negeri Pertiwi.
- Jika kalian Warga Negara Indonesia atau Institusi yang mempertanyakan sikap kedua menteri, khususnya dalam kasus ini, kalian adalah warga dan institusi pengkhianat dan dapat dikategotikan sebagai kaki tangan negara tetangga yang melakukan pelecehan atau hanya menjadi budak pengusaha dan konglomerat hitam, demi Rupiah.
- Apabila kalian adalah kelompok hak azazi manusia yang mengutuk tindakan dan sikap kedua menteri dan pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi, sebaiknya kalian keluar dari institusi tersebut karena tidak pantas sebagai penjaga hak asasi dan pelindung masyarakat dari kekerasan, kalian tidak lebih hanyalah sekelompok Generasi Dungu duduk diruang yang seharusnya ditempati orang yang kredibel dan mumpuni.
- Dan kalian pengusaha besar - yang berkantor dikawasan perkantoran elit -, pemilik kapal terlarang yang digunakan untuk penangkapan ikan di laut, bersiaplah untuk menghadapi segala sesuatu, perbaikilah sikap dan perilaku anda, jika tidak, kalian akan bernasib sama dengan pemilik kapal liar asing penangkap ikan di laut negeri.
- Jika anda sekalian mendengar/membaca/melihat tayangan Medi Massa tetangga yang melecehkan pemerintah Indonesia sekarang, mereka tidak lebih dari alas kaki murahan (sandal jepit) sebagai alat oleh para kriminal di negeri sendiri, dan yang mengenaskan, mereka adalah pengkhianat dan bagai kotoran hewan dinegerinya sendiri yang harus dan akan menemui kematiannya sendiri cepat atau lambat.