Mohon tunggu...
Agus Tulastyo
Agus Tulastyo Mohon Tunggu... lainnya -

Praktisi periklanan, Pengamat media, Peneliti. "All Truth passes thru three stages: First, it is ridiculed. Second, it is violently opposed. Third, it is accepted as self-evident." - Arthur Schopenhauer; German Philosopher

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

“Wonder Woman” dalam Kabinet Presiden Jokowi

30 November 2014   20:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:26 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14173295771407503580

“Masalah kita sekarang, seolah (negara) bisa dibeli. Keinginan komitmen pemerintah saat ini untuk menegakkan law enforcement tanpa bisa dibeli sebenarnya merupakan titik awal awal (agar Indonesia) bisa dihormati oleh bangsa lain”

- Menlu Retno Marsudi

“That’s the most powerful speech ever” keluar dari mulut seorang pejabat negara sekelas menteri; Fantastic. Pernyataan tersebut adalah sebuah tamparan keras dan hantaman telak - Uppercut - bagi pejabat-pejabat sebelumnya terutama pria dan pelajaran bagi yang sekarang menjabat, baik itu para mantan menteri luar negeri maupun para petinggi TNI dan Polri, yang selalu bermain dengan intrigue berbau berbagai kepentingan kelompok dan pribadi, atau hanya beretorika. TIdak tanggung-tanggung, karena pernyataan tersebut dinyatakan dalam forum resmi maka gaungnyapun menjadi luas, terlebih pernyataan keluar dari seorang Menlu; Kalau pernyataan tersebut dari Menlu pria, contoh: M. Natalegawa, tentu kepala negara lain hanya menganggapnya sebagai “Gas Amoniak” yang keluar dari satu saluran pembuangan dibagaian tubuh manusia saja.

Ya...!!! Pernyataan tersebut adalah pernyataan Menlu Indonesia Perempuan pertama, banyak orang meganggapnya sebelah mata sebagai birokrat baru yang menduduki jabatan politis, ia bukan orang yang mengenal seluk beluk politik dalam negri, luar negeri tidak perlu dipertanyakan. Salah besar!!! Dengan ia mengatakan “...Seolah (negara) bisa dibeli...”, ia tahu banyak dan dia sangat paham, seperti juga kearah mana cemeti “Lasso of the Truth” dihempaskan dan ujung cemeti mendarat kemulut siapa saja  pejabat/mantan pejabat, dan politisi “penjual dan menjual negara”.

“Braveheart” Retno Marsudi, secara tegas dan lugas mengarahkan anak panah kepihak negara tertentu yang sering mendapat “Privilege Treatment” dari pemerintahan sebelumnya yang bertumpu pada doktrin Pacifism. Seorang atau siapapun orangnya, atau boleh jadi pemimpin negara, penganut doktrin Pacifism selalu memberi dampak buruk terhadap kedaulatan bangsanya sendiri, karena telah memberi kesempatan dan peluang pada orang berpaham sebaliknya lebih leluasa untuk memanfaatkan dan mengintervensi; Secara halus dengan muatan agenda di balik layar, atau terang-terangan seperti: Masuknya nelayan dan memanipulasi garis batas darat/laut angkatan bersenjata Malaysyia, Philipina, Singapura, Australia., dan China. Negra-negara tersebut perlu mendapat perhatian khusus: “Red Allert”; Bagi negara-negara kriminal ini, Retno Marsudi menjadi Momok; “She is become a NEMESIS for those nations...!!!”

“...Kalau untuk kedaulatan, anything necessary to do to be done, it has to be done. Nothing else. So?...Kalau karena kedaulatan lalu kita bentrok dengan negara tetangga, ya kenapa tidak? Kan tidak boleh kedaulatan dilecehkan oleh negara(lain)."

- Susi Pudjiastuti; Menteri Kelautan dan Perikanan

“That’s powerful, strong, bold, confident, courageous, and fierce statement ever...!!!; It’s a Thunderstorm. Sang menteri sangat tahu dan paham tentang dunia kelautan dan perikanan, karena dia seorang pengusaha sukses dibidang tersebut. Diapun sangat paham akan permainan kotor yang terjadi di tengah laut, mulai dari pencurian ikan oleh nelayan dan pengusaha perikanan negara tetangga, hingga kongkalikong aparat dan pengusaha kriminal dalam negeri yang kaya raya, pemiliki kapal penangkap ikan terlarang; Yang saat ini mungkin di Ibu Kota sedang bermewah-mewah, duduk disinggasananya di distrik perkantoran mewah, lantai berkarpet tebal, peralatan canggih dan wanita cantik. Sementara para nelayan kesulitan untuk memenuhi tuntutan hidup kehidupan sehari-hari, tinggal di gubuk compang camping, ketika melaut hasil sangat minim karena tergerus oleh kapal terlarang pengusaha besar dan nelayan penerobos.

Saat ini, ia adalah seorang menteri yang disumpah untuk menjalankan dan membuktikan segala kemampuan profesionalnya dibidang Kelautan dan Perikanan. Ungkapan di atas adalah cerminan kemarahan terhadap perilaku Illegal Fisshing yang telah meremehkan dan mengotori kedaulatan Negeri Pertiwi. Mari kita urai ungkapan kemarahan di atas.

“...anything necessary to do to be done, it has to be done...” . Ini adalah ungkapan tentang sikap tegasnya terhadap para pelanggar yang melanggar ketentuan penangkapan ikan di tengah laut, baik dari dalam negeri yang menggunakan kapal terlarang dan luar negeri. Ia akan mengambil sikap tegas dengan menenggelamkan dan membakarnya jika perlu dan menahan pelaku, tanpa bisa di tawar-tawar.

“...Kalau karena kedaulatan lalu kita bentrok dengan negara tetangga, ya kenapa tidak?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun