Hiruk pikuk kontestasi Pilpres 2019 tidak bisa dilepaskan dari salah satu sosok ini. Usianya yang sudah 90-an, semakin memperlihatkan kematangan kharisma dan besarnya pengaruh dirinya dalam perhelatan pesta demokrasi bangsa.
Mbah Moen adalah salah satu kyai besar yang dilahirkan tahun 1928. Beliau berhasil mengembangkan Pondok Pesantren Al Anwar menjadi salah satu pondok pesantren rujukan utama bagi santri yang ingin belajar kitab kuning dan fikih. Santrinya ada ribuan yang tak hanya berasal dari Jawa Tengah, tapi hingga Papua.
Lulusan Pondok Pesantren Al Anwar banyak yang berhasil membangun pesantrennya sendiri dengan tetap berpegang pada ajaran Mbah Moen sehingga pengaruh karisma Mbah Moen semakin besar di sepanjang Pantura, bahkan Jawa Timur.
Sebagai seorang politisi, Mbah Moen bisa disejajarkan dengan tokoh politik nasional lainnya. Semasa muda, Mbah Moen sudah terjun ke dunia politik. Melalui PPP, Mbah Moen pernah  menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun. Bahkan beliau pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah selama tiga periode. Sampai saat ini beliau tetap berkiprah di PPP sebagai Ketua Dewan Syuro PPP.
Sebagai seorang kyai besar sekaligus tokoh politik, pantas saja jika dukungan Mbah Moen selalu jadi rebutan. Dalam kontestasi politik, fatwa Mbah Moen menjadi kunci pembuka dukungan suara bagi salah satu kubu. Sabdanya adalah rujukan para santri, alumni, bahkan keluarga mereka yang tersebar dimana-mana.
Dari sisi ini, insiden salah ucap doa Mbah Moen pada acara dzikir di Pondok Pesantren Al Anwar Rembang, Jawa Tengah awal Februari lalu semakin membuktikan bahwa Mbah Moen adalah tokoh yang memiliki pengaruh besar. Bagaimana tidak, pasca peristiwa itu dua kubu calon presiden semakin ramai menegaskan sendiri-sendiri bahwa kubu merekalah yang sebenarnya mendapat restu Mbah Moen.
Sebenarnya dilihat dari berubahnya haluan PPP ke Jokowi setelah Pilpres 2014 sampai PPP menjadi salah satu partai pengusung Jokowi pada Pilpres 2019, dapat dibaca kemana arah dukungan Mbah Moen pada Pilres 2019. Berubahnya hubungan antara PPP dan Jokowi tentu tidak bisa dipisahkan dari campur tangan Mbah Moen.
Arah dukungan ini dapat pula dilihat dari upaya PPP mengajukan KH Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden mendampingi Jokowi pada Pilpres 2019. Apa mungkin PPP berani mengajukan KH Ma'ruf Amin menjadi pendamping Jokowi tanpa mendapat restu KH Maimoen Zubair? Rasanya tidak, karena Mbah Moen adalah Ketua Majelis Syariah PPP.
Apakah kubu Prabowo-Sandi akan merelakan begitu saja dukungan Mbah Moen ke Jokowi-Ma'ruf? Tentu tidak. Serangkaian upaya tetap dilakukan. Sowannya Prabowo pada Mbah Moen bisa dipastikan membawa harapan besar mendapat dukungan Mbah Moen. Tidak mungkin sekedar basa basi saja karena pada Pilpres 2014, Prabowo mendapat dukungan dari Mbah Moen dan warga di sekitar Pondok Pesantren Al-Anwar, banyak mendukung Prabowo yang saat itu berpasangan dengan Hatta Rajasa.Â
Prabowo-Hatta menang telak  dengan memperoleh 3223 suara. Sementara pasangan Jokowi-JK memperoleh hanya 1637 suara dari total suara sah 4860.
Fadli Zon, pendukung Prabowo-Sandi termasuk kader yang tidak rela jika Jokowi-Ma'ruf Amin yang mendapat dukungan dari Mbah Moen. Ketidakrelaan ini juga yang membuat Fadli Zon membuat puisi "Doa yang Ditukar". Meskipun akibat puisi ini, Fadli Zon malah dituntut para santri segera meminta maaf pada Mbah Moen.