Kasus Gus Miftah Olok Penjual Es Teh dan Pentingnya Menjaga Lisan

Gus Miftah yang bernama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman adalah seorang pendakwah yang sangat populer di Indonesia, bukan hanya di kalangan umat Islam tetapi juga di kalangan non-Muslim. Penelusuran penulis, pendakwah berciri khas rambut gondrong ini pernah memandu selebriti dan pesulap Deddy Corbuzier memeluk Islam.

Saat perhelatan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, ia memposisikan diri sebagai pendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabumingraka. Kemampuannya menjembatani komunikasi antar pemeluk berbeda agama menjadikan dirinya sebagai salah satu Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Sayangnya, hanya berselang dua bulan kemudian dirinya menyatakan mengundurkan diri.

Dikutip dari Kompas.com, Gus Miftah menyatakan mengundurkan diri pada Jumat (6/12/2024) saat berada di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta. Meski demikian, dalam konferensi pers, Gus Miftah menyatakan bahwa keputusan ini dia ambil bukan karena ditekan siapa pun atau permintaan siapa pun, tetapi atas rasa cinta, hormat, dan tanggung jawab yang mendalam kepada Presiden Prabowo serta seluruh masyarakat.

Candaan Berakhir Tuntutan Mengundurkan Diri

Awal Desember 2024 akan menjadi saat-saat yang tak terlupakan bagi Gus Miftah. Meski ia bermaksud mencandai penjual es teh bernama Sunhaji, tetapi candaannya dianggap berlebihan oleh masyarakat. Banyak yang menilai ucapan yang disertai dengan kata "goblok" itu berkonotasi menyakitkan. 

Apalagi candaan Gus Miftah direspon dengan tawa terbahak-bahak oleh seorang pendakwah lain yang duduk di samping kanannya. Kini sosok yang diketahui sebagai pengasuh Pondok Pesantren bahkan digelari Kyai ini juga tengah menjadi sorotan.

Meski Gus Miftah telah menyatakan meminta maaf dan Presiden Prabowo telah menegurnya, tetapi hal itu tidak mampu menahan desakan publik yang meminta dirinya mundur. Kompas.com (6/12/2024) bahkan melansir bahwa petisi yang mendesak Presiden Prabowo mencopot dirinya bermunculan sejak 4 Desember 2024. 

Berdasarkan pantauan Kompas.com, hingga 6 Desember 2024 ada tujuh petisi meminta Gus Miftah dicopot dan mengundurkan diri yang dibuat di laman change.org.

Selain berbentuk petisi dari masyarakat umum, netizen dari kalangan selebgram juga membuat parodi tentang candaan Gus Miftah dan diupload ke chanel youtube. Tidak ketinggalan beberapa komika yang melakukan roasting terhadap Gus Miftah sebagai bentuk protes dan ini pun diupload melalui chanel youtube mereka.

Bukan hanya di Indonesia, dikutip dari video Liputan6 (6/12/2024), Perdana Menteri (PM) Anwar Ibrahim juga ikut berkomentar terkait kasus Gus Miftah yang dianggap menghina Sunhaji. Komentar PM Malaysia itu bahkan disampaikan dalam sebuah forum resmi kementerian pada 5 Desember 2024. Ia menyatakan keheranannya jika ada tokoh agama yang mengucapkan kata-kata yang mengandung unsur penghinaan.

Pentingnya Menjaga Lisan

Lalu apa pelajaran yang seharusnya kita ambil dari kasus Gus Miftah dengan penjual es teh bernama Sunhaji? Tentu yang paling tepat adalah semakin pentingnya kita menjaga lisan. Di kesempatan ini kami akan memilihkan nasihat menjaga lisan sebagaimana yang ditulis oleh Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar bab Hifdz-ul-Lisan. Ulama bernama lengkap Abu Zakaria Yahya bin Sharaf An-Nawawi ini merupakan salah satu murid dari ulama besar Imam As-Syafi'i.

Di antara hadits yang dikutip Imam An-Nawawi dalam kitabnya bersumber dari Abu Hurairah sebagaimana termaktub dalam Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Terjemahan hadits dimaksud adalah: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbicara atau diam."

Imam An-Nawawi lalu mengutip pesan gurunya, Imam As-Syafi'i: 

"Apabila seseorang hendak berbicara, maka hendaknya dia berpikir sebelum berbicara. Jika ada kebaikan yang bermanfaat pada apa yang akan ia katakan, maka hendaklah dia berbicara. Dan jika dia meragukannya, maka dia jangan berbicara sampai dia menjernihkan keraguan itu (dengan menjadikan pembicaraannya baik)"

Imam An-Nawawi juga mengutip hadits dari Abu Musa Al-Ash'ari bahwa Muslim yang terbaik adalah jika orang-orang Muslim selamat dari gangguan lidah dan tangannya.

Sufyan bin Abdillah pernah bertanya kepada Rasulullah tentang apa yang seharusnya paling ia takuti. Rasulullah lalu memegang lidahnya dan berkata, "Ini." Demikian riwayat dari At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad.

Akhirnya kami pilihkan syair yang juga dikutip dari kitab Al-Adzkar Imam An-Nawawi:

"Jagalah lisanmu, hai sekalian manusia dan janganlah biarkan ia mengigitmu, karena sesungguhnya ia adalah ular. Berapa banyak yang berada di dalam kubur terbunuh karena lisannya. Barangsiapa yang takut bertemu dengan-Nya sesungguhnya adalah orang yang berani."

Semoga kasus Gus Miftah dan Sunhaji, penjual es teh memberi pelajaran berharga buat kita semua untuk semakin menjaga lisan, apalagi di era sosial media saat ini. Meski demikian, motivasi kita menjaga lisan tentu bukan karena takut dibenci oleh manusia tetapi semata-mata karena mengharap keridhaan Allah Sang Pencipta.