Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Gus Miftah Olok Penjual Es Teh dan Pentingnya Menjaga Lisan

7 Desember 2024   12:03 Diperbarui: 7 Desember 2024   12:34 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Miftah dan Sunhaji (Sumber: Video Kompas.com)

Pentingnya Menjaga Lisan

Lalu apa pelajaran yang seharusnya kita ambil dari kasus Gus Miftah dengan penjual es teh bernama Sunhaji? Tentu yang paling tepat adalah semakin pentingnya kita menjaga lisan. Di kesempatan ini kami akan memilihkan nasihat menjaga lisan sebagaimana yang ditulis oleh Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar bab Hifdz-ul-Lisan. Ulama bernama lengkap Abu Zakaria Yahya bin Sharaf An-Nawawi ini merupakan salah satu murid dari ulama besar Imam As-Syafi'i.

Di antara hadits yang dikutip Imam An-Nawawi dalam kitabnya bersumber dari Abu Hurairah sebagaimana termaktub dalam Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Terjemahan hadits dimaksud adalah: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbicara atau diam."

Imam An-Nawawi lalu mengutip pesan gurunya, Imam As-Syafi'i: 

"Apabila seseorang hendak berbicara, maka hendaknya dia berpikir sebelum berbicara. Jika ada kebaikan yang bermanfaat pada apa yang akan ia katakan, maka hendaklah dia berbicara. Dan jika dia meragukannya, maka dia jangan berbicara sampai dia menjernihkan keraguan itu (dengan menjadikan pembicaraannya baik)"

Imam An-Nawawi juga mengutip hadits dari Abu Musa Al-Ash'ari bahwa Muslim yang terbaik adalah jika orang-orang Muslim selamat dari gangguan lidah dan tangannya.

Sufyan bin Abdillah pernah bertanya kepada Rasulullah tentang apa yang seharusnya paling ia takuti. Rasulullah lalu memegang lidahnya dan berkata, "Ini." Demikian riwayat dari At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad.

Akhirnya kami pilihkan syair yang juga dikutip dari kitab Al-Adzkar Imam An-Nawawi:

"Jagalah lisanmu, hai sekalian manusia dan janganlah biarkan ia mengigitmu, karena sesungguhnya ia adalah ular. Berapa banyak yang berada di dalam kubur terbunuh karena lisannya. Barangsiapa yang takut bertemu dengan-Nya sesungguhnya adalah orang yang berani."

Semoga kasus Gus Miftah dan Sunhaji, penjual es teh memberi pelajaran berharga buat kita semua untuk semakin menjaga lisan, apalagi di era sosial media saat ini. Meski demikian, motivasi kita menjaga lisan tentu bukan karena takut dibenci oleh manusia tetapi semata-mata karena mengharap keridhaan Allah Sang Pencipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun