Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peserta Didik Jadi Mangsa Jajanan Tak Sehat? Kembalikan Muruah Sekolah Sehat

3 September 2024   07:12 Diperbarui: 3 September 2024   07:16 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa pekan lalu, publik tanah air dikejutkan dengan fakta puluhan anak di beberapa rumah sakit di beberapa daerah termasuk di Jakarta harus menjalani cuci darah karena mengalami gagal ginjal. Fakta ini tentu membuat tercengang orang-orang yang tidak menyadari atau kurang peduli terhadap gaya hidup anak-anaknya atau anak didiknya di sekolah.

Di pihak lain, mereka yang telah menyadari betapa berbahayanya mengonsumsi makanan dan minuman yang memicu diabetes akan menjadikan hal ini sebagai fakta memprihatinkan. Mereka sekaligus akan memforward fakta ini untuk memberi pesan bagi para orang tua dan pihak sekolah untuk meninggalkan sikap tidak mau peduli terhadap apa yang dikonsumsi anak-anak kita selama pulang atau berada di sekolah.

Pertanyaannya kemudian: siapakah yang seharusnya bertanggung jawab terhadap pola konsumsi anak-anak? Tentu harus ada pembagian kewenangan. Selama anak-anak berada di lingkungan sekolah, maka tentu segenap warga sekolah yang bertanggung jawab. Terutama tentu saja mereka yang dipercaya mengelola kantin sekolah atau koperasi yang menyediakan makanan dan minuman. Jika anak-anak telah meninggalkan lingkungan sekolah dan kembali ke rumah berarti orang tua dan masyarakatlah yang bertanggung jawab dalam pengawasan mereka.

Gerakan Sekolah Sehat

Gerakan Sekolah Sehat sesungguhnya telah menjadi program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan informasi di portal resmi Sekolah Sehat Kemendikbud kita mendapat informasi bahwa Gerakan Sekolah Sehat merupakan segala upaya yang dilakukan secara bersama-sama dan terus-menerus oleh semua pihak mulai dari pemerintah pusat sampai ke pemerintah daerah, para mitra, satuan pendidikan, masyarakat pemangku kepentingan lainnya tentang pentingnya penerapan Sekolah Sehat dengan berfokus pada Sehat Bergizi, Sehat Fisik, Sehat Imunisasi, Sehat Jiwa dan Sehat Lingkungan di satuan pendidikan.

Pola makan dan minum termasuk dalam fokus yang pertama yaitu Sehat Bergizi. Dijelaskan bahwa Sehat Bergizi yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik melalui penerapan pola makan yang tepat dan konsumsi makanan bergizi.

  • Selengkapnya dijelaskan bahwa kegiatan Sehat Bergizi terdiri dari: pertama, pembiasaan makan dan minum dengan gizi seimbang termasuk minum air putih, makan buah dan sayur setiap hari; kedua, peningkatan pemahaman Gizi Seimbang atau Isi Piringku; ketiga, menghindari/meminimalisir konsumsi makanan cepat saji; makanan/minuman yang berpemanis, berpengawet, kurang serat, tinggi gula, garam dan lemak; dan keempat, pembinaan Kantin Sehat.

Jika kita simak baik-baik kegiatan Sekolah Sehat pada fokus Sehat Bergizi, sesungguhnya telah jelas tanggung jawab pihak sekolah. Keempat kegiatan Sehat Bergizi sebagaimana diuraikan di atas dapat menjadi tameng kuat menahan ancaman jajanan tak sehat, atau menjadi mitigasi mengantisipasi potensi ancaman penyakit terutama diabetes dan gagal ginjal di usia muda.

Pertanyaannya: apakah benar setiap sekolah di seluruh pelosok negeri ini telah menghidupkan muruah Sekolah Sehat? Ataukah masih banyak di antara kita yang bersikap "acuh tak acuh" atau "abai" terhadap hal ini? Tidakkah kita sadar bahwa sesungguhnya kelak kita akan dimintai tanggung jawab terhadap kepemimpinan kita terhadap peserta didik yang dititipkan oleh orang tua mereka.

Tanggung Jawab UKS

Jika diperhatikan Trias UKS yang meliputi: (1) penyelenggaraan pendidikan kesehatan; (2) penyelenggaraan pelayanan kesehatan; dan (3) pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, maka dapat disimpulkan bahwa UKS menjadi ujung tombak Gerakan Sekolah Sehat.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) sejak tahun 2017 sudah menguraikan bagian-bagian pelayanan kesehatan yang menjadi tanggung jawab UKS yaitu upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan terhadap peserta didik.

Di antara hal penting yang harus menjadi program unggulan UKS adalah Health Promoting School (HPS). Jika warga sekolah, terutama peserta didik telah menyadari pentingnya kesehatan dan menjadikannya sebagai budaya sekolah, maka lebih muda mengembangkan potensi atau bakat mereka. Sebaliknya, sulit mengembangkan potensi atau bakat peserta didik jika tidak ditunjang dengan kualitas kesehatan.

Bagaimana Peran Guru?

Meski secara teknis, yang paling bertanggung jawab terhadap implementasi Konsep Sekolah Sehat di satuan pendidikan adalah UKS, bukan berarti Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) lainnya tidak berperan sama sekali. Mengapa demikian? Karena kesehatan dan pembelajaran ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kesehatan optimal akan meningkatkan kualitas pembelajaran, sebaliknya jika pendidikan berjalan baik maka kesadaran akan kesehatan juga akan meningkat. Jadi GTK juga berperan mengawasi dan mempromosikan pentingnya gaya hidup sehat di sekolah.

Semoga tulisan ini kembali menyadarkan kita bahwa pendidikan kesehatan peserta didik ikut menjadi tanggung jawab bersama, meski ujung tombaknya berada di tangan UKS. Semoga kita ingat betapa besar harapan para orang tua peserta didik terhadap masa depan pendidikan anak-anak mereka di sekolah, dan tentu saja kesehatan termasuk di dalamnya.

Tidak merasa bersalahkah kita jika peserta didik mengonsumsi makanan atau minuman tidak sehat selama berada di sekolah? Bukankah jika demikian kita melakukan "pembiaran" gaya hidup tidak sehat di depan mata kita sendiri. Berarti jika demikian kita ikut menyumbang andil terhadap masa depan mereka yang suram karena terjangkit penyakit, termasuk diabetes dan gagal ginjal. Mari mengembalikan muruah Sekolah Sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun